Minggu, 05 Juni 2011

tugas Ekonomi Pembangunan Pertanian

Benarkah Indonesia diperbudak Kapitalisme dalam Imperialisme Modern?
Prayoga Bangkit Asni Putra
0910440301
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Malang 2011

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang mempunyai beribu-ribu pulau dan tersebar di seluruh penjuru tanah air. Di setiap pulau terdapat begitu banyak kekayaan alam yang telah dan belum tereksplorasi. Bukan hanya itu, jumlah penduduk Indonesia juga telah menempati nomor ke 3 negara terpadat di dunia setelah China dan India. Namun sungguh ironi sekali bila negara yang besar dengan berbagai macam sumber kekayaannya hanya menjadi negara konsumtif. Meskipun negara penghasil CPO terbesar di dunia adalah Indonesia, namun negara ini tetap melakukan impor produk-produk olahan dari kelapa sawit. Dengan kata lain, negara penghasil CPO terbesar di dunia ternyata belum mampu mencukupi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bahkan harga dari minyak goreng yang digunakan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin hari semakin naik.
Dengan menggunakan indikator GDP (Gross Domestik Product) yang tinggi ternyata belum bisa mencerminkan adanya pertumbuhan ekonomi yang terkorelasi secara linier dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun nilai GDP dalam negeri mempunyai pertumbuhan yang positif, namun kesejahteraan masyarakat indonesia tetap tidak ada perubahan yang signifikan dibandingkan dengan saat masa penjajahan kolonial Belanda, dan bahkan lebih buruk. Bila ditelaah secara mikro ekonomi, jumlah preferensi rumah tangga pada saat ini semakin berkurang. Pertumbuhan GDP yang positif ternyata juga cenderung diikuti dengan tingkat inflasi, sehingga harga dari sebagian barang pokok kebutuhan sehari-hari akan semakin mahal.
GDP didapatkan dari penjumlahan jumlah konsumsi agregat, jumlah investasi agregat dan jumlah pengeluaran pemerintah. Rumus dari GDP dalam perekonomian tiga sektor adalah Y = C + I + G. Y adalah tingkat pendapatan agregat yang mencerminkan GDP. Dengan meningkatkan jumlah konsumsi dan jumlah pengeluaran pemerintah maka akan lebih meningkatkan nilai dari pendapatan, meskipun G merupakan faktor eksogen dalam perekonomian tertutup. Demi tetap menggerakkan sektor perekonomian, biasanya pemerintah kita akan melebihkan anggaran belanjanya sehingga nilai dari pendapatan juga akan menaik namun dalam jangka waktu lama hal tersebut akan berdampak boomerang bagi negara. Seharusnya pemerintah lebih mengeluarkan anggaran untuk stimulan bagi usaha di sektor riil dan UKM dalam negeri yang dalam kenyataannya lebih banyak memberikan kontribusi dalam menjaga kestabilan perekonomian nasional. Disamping itu, sepertinya pemerintah kita telah lupa bahwa Negara kita pada dasarnya adalah Negara agraris yang kebanyakan dari masyarakatnya banyak menggantungkan hidup di bidang pertanian, namun pada saat ini sektor ini kurang diperhatikan dan bahkan terkesan dilupakan. Tak ada pembangunan yang nyata di bidang pertanian meskipun faktanya sektor ini merupakan sektor yang paling tahan terhadap goncangan terhadap krisis dan merupakan dasar dari pertumbuhan ekonomi maupun industri, sehingga pemerintah seharusnya lebih memberikan perhatiannya terhadap sektor pertanian dan memberikan insentif yang efektif bagi perkembangan sektor penyokong tersebut.
Meskipun Bangsa Indonesi merupakan Negara yang konsumtif, ternyata melalui sektor konsumsi mampu menggerakkan sektor perekonomiannya. Sektor perekonomian yang digerakkan oleh konsumsi akan lebih cenderung untuk tejadi adanya inflasi. Semakin meningkatnya jumlah konsumsi dalam negeri maka akan meningkatkan jumlah transaksi. Meningkatnya jumlah konsumsi mengindikasikan adanya peningkatan jumlah pendapatan. Semakin meningkatnya pendapatan maka jumlah permintaan akan barang untuk konsumsi juga akan semakin meningkat, sedangkan dalam sisi penawaran tidak ada peningkatan jumlah penawaran yang signifikan seiring dengan peningkatan permintaannya. Dengan jumlah permintaan lebih tinggi daripada jumlah penawaran maka akan menaikkan harga barang di pasar karena barang yang tersedia akan semakin langka. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang demikian tersebut dirasa tidak cukup baik dan sehat karena digerakkan oleh sektor konsumsi bukan karena adanya aktivitas produksi dan konsumsi yang meningkat secara linier. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi ternyata belum mampu menjadi indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri ternyata tetap tidak bisa lepas dari bayang-bayang inflasi. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka akan semakin tinggi pula tingkat inflasinya. Pertumbuhan ekonomi yang positif ternyata tidak terlalu berdampak kepada masyarakat namun dengan sedikit peningkatan inflasi ternyata sangat berdanpak ganda bagi masyarakat kecil khususnya bagi masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan di bawah UMR (Upah Minimum Regional). Meskipun Bangsa Indonesia memiliki jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia dan telah banyak menjadi sorotan korporat-korporat bermerk raksasa dunia untuk menanamkan investasinya di Indonesia, namun fungsi dari investasi itu sendiri masih menjadi tanda tanya besar. Dengan melimpahnya tenaga kerja murah di dalam negeri menyebabkan banyak sekali perusahaan-perusahaan yang memproduksi merk terkenal di dunia untuk mendirikan perusahaannya di Indonesia. Tak ubahnya masa kolonialisme, meskipun Negara Indonesia telah merdeka sekitar 65 tahun yang lalu namun penjajahan dari negara kapitalisme seperti tidak mau menampikkan cengkeramannya dari bumi pertiwi.
Banyak sekali perusahaan-perusahaan besar dengan merk terkenal, seperti GAP, Nike, dan Adidas yang telah menancapkan cengkeramannya di bumi pertiwi. Alasan mereka sangat tertarik dengan Indonesia diantaranya adalah banyaknya jumlah tenaga kerja dengan upah murah, nilai bunga Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain, dan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan tenaga kerja dan penanaman modal asing yang belum jelas dan tidak adanya sanksi yang tegas untuk pelanggarnya. Mereka dengan mudah mendapatkan pekerja dengan nilai yang murah dan menjual produk mereka dengan harga yang mahal, sungguh tidak adil. Kebanyakan korporat-korporat tersebut mempekerjakan penduduk pribumi dengan sewenang-wenang dan tidak ubahnya kerja rodi saat masa penjajahan colonial. Pada saat ini bisa disebut Indonesia sedang mengalami imperialisme modern, yaitu keadaan pengambilalihan kekayaan Negara berkembang seperti halnya Indonesia oleh Negara-negara kapitalis yang notabene mereka mempunyai kekuatan adidaya dan pengaruh yang cukup besar dalam dunia internasional. Negara-negara kapitalis tersebut bagaikan drakula yang berdarah dingin, setelah berhasil menancapkan taringnya di negara kita mereka akan terus menyerap seluruh darah yang ada hingga mongering dan tak tersisa. Negara berkembang bagaikan asupan nutrisi penyangga kehidupan dari Negara neo liberal kapitalis, mereka akan terus memanfaatkan pertumbuhan Negara berkembang dengan berbagai macam konflik nyata ataupun abstrak agar dapat dengan mudah menyelinap masuk ke dalam jantung kehidupan negara berkembang seperti Indonesia. Apakah dengan fenomena yang seperti itu kita bisa dikatakan benar-benar telah merdeka?
Dengan menerapkan tingkat suku bunga yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain maka diharapkan pemerintah Indonesia mampu menarik para investor untuk menanamkan modalnya. Dengan menerapkan tingkat suku bunga yang tinggi akan lebih membuka jalan dan peluang bagi investor asing / kapitalis untuk menanamkan modalnya di Indonesia , disamping dengan tingkat suku bunga yang tinggi, alasan mereka menjadikan Negara Indonesia menjadi negara tujuan untuk meraup keuntungan juga dikarenakan oleh banyaknya tenaga kerja yang murah. Telah banyak perusahaan-perusahaan asing yang telah berdiri di bumi tanah air dan seperti diketahui bahwa dengan banyaknya perusahaan asing tersebut maka dapat dilihat jumlah investasi yang masuk ke Indonesia, namun fungsi dari investasi itu sendiri masih menyimpan tanda tanya besar bagi pembangunan di Indonesia.
Terkadang pemerintah sendiri juga seperti telah dibutakan oleh fakta yang ada. Namun di sisi lain, hadirnya investor-investor asing tersebut juga dapat menghidupkan sedikit sector perindutrian dalam negeri. Seperti yang dapat dirangkum dari data Biro Pusat Statistik, Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2010 mencapai 116 juta orang, bertambah 2,17 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2009 yang sebesar 113,83 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2010 mencapai 107,41 juta orang, bertambah 2,54 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2009 yang sebesar 104,87 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2010 mencapai 7,41 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen dan TPT Februari 2009 yang sebesar 8,14 persen. Setahun terakhir (Februari 2009―Februari 2010) tidak semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja. Penurunan jumlah pekerja justru terjadi di Sektor Pertanian sebesar 200 ribu orang (0,47 persen) dan Sektor Transportasi sebesar 130 ribu orang (2,19 persen). Pada Februari 2010, jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan sebanyak 30,72 juta orang (28,61 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak 21,92 juta orang (20,41 persen) dan berusaha sendiri sejumlah 20,46 juta orang (19,05 persen).
Meskipun data tersebut menyebutkan telah terjadi penurunan tingkat pengangguran, namun tingkat kesejahteraan masyarakat tetap tidak mengalami peningkatan yang berarti. Masih banyak sekali masyarakat yang belum mampu mengecap bangku pendidikan yang baik dan layak, bahkan untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak banyak dari mereka yang hanya bisa membayangkannya. Perumahan kumuh di kolong jembatan, bantaran sungai, dan di samping rel kereta api masih banyak terlihat khususnya di kota-kota besar. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa dengan hidup di kota besar maka kehidupan mereka akan berubah sehingga banyak sekali dari mereka yang berbondong-bondong pergi ke kota untuk mencari peruntungannya. Namun sungguh di luar perkiraan, pekerjaan mereka di kota hanya menjadi peminta-minta, pemulung dan bahkan melakukan kegiatan criminal karena tuntutan ekonomi.
Solusi yang bisa ditawarkan untuk diterapkan dalam mengatasi masalah tersebut diantaranya adalah kebijakan proteksi terhadap pasar domestik. Seperti kita ketahui bahwa kontruksi ekonomi Indonesia telah dibangun diatas landasan kepentingan ekonomi politik pasar bebas. Perekonomian yang dibangun atas dasar hukum pasar tidak akan mencapai kesejahteraan. Kesejahteraan bisa diperoleh ketika banyaknya asset-aset kekayaan alam dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan produksi dan pasar dalam negeri. Pemanfaatan asset ini harus dibangun diatas landasan konstitusi UUD 1945.
Langkah yang paling tepat dalam menguatkan industri nasional adalah dengan melakukan kebijakan proteksionisme, yakni merevisi UU tentang penanaman modal asing agar dapat dijadikan pedoman dalam menyeleksi dan menerima investor asing yang akan mengeksploitasi SDA maupun SDM yang ada, melakukan perlindungan terhadap industri dalam negeri dari serangan produk luar negeri. Kebijakan perlindungan terhadap industri dalam negeri semata-mata untuk memperkuat basis fundamental ekonomi nasional yang menopang hajat hidup rakyat. Penguatan basis fundamental ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang baik (perijinan), memprioritaskan pasokan energy untuk kepentingan industri nasional, memprioritaskan pemanfaatan bahan baku untuk kebutuhan industri dalam negeri, membangun infrastruktur distribusi yang cepat dan membangkitkan budaya cinta produk dalam negeri, memerangi pungutan liar terhadap industri dan memberikan bantuan subsidi yang lebih besar terhadap industri kecil-menengah agar bisa mempertahankan dan bahkan mengembangkan usahanya. Yang paling penting adalah harus melestarikan budaya eksportir bahan jadi yang memiliki nilai tambah (lebih) dan membangun kapasitas pengolahan sendiri (penguatan industri nasional).
Peran negara yang berpihak pada kepentingan nasional dan kebijakan proteksionisme atau nasionalisme ekonomi harus terus diperkuat. Proteksionisme diperlukan khususnya sektor strategis yang akan mendatangkan kekayaan dan modal nasional seperti sektor migas, pertanian (pangan-termasuk perikanan dan komoditas tropis). Yakni memberikan proteksionisme terhadap sektor strategis yang menguasai hajat hidup rakyat banyak dan sektor non strategis yang diserahkan kepada pasar yang diregulasi secara baik dan tepat.

Kamis, 07 April 2011

BUDIDAYA SI PENGHISAP POLUSI

1. PENDAHULUAN
Di Indonesia, nama Sansevieria lebih dikenal dengan sebutan lidah mertua (mother-in-laws tongue). Ada juga yang menjulukinya snake plant (tanaman ular)- mungkin karena corak beberapa jenis tanaman ini mirip dengan corak ular. Dulu, tanaman ini hanya dipandang sebelah mata dan dianggap tidak bermanfaat selain hanya dijadikan tanaman pagar. Akan tetapi, sejak ditemukannya jenis-jenis baru yang lebih bervariasi warna dan corak daunnya, Sansevieria mulai diperhatikan orang. Warna kuning dan hijau yang saling berkombinasi membentuk bermacam-macam corak pada daunnya mulai dilirik para penyuka tanaman ini yang menjadikannya sebagai salah satu tanaman favorit.
Tanaman yang tergolong famili Agaveceae ini habitat aslinya adalah daerah tropis yang kering dan mempunyai iklim gurun yang panas. Sansevieria juga tumbuh di pegunungan yang tandus dan gurun pasir yang gersang.
Tanaman yang tengah menjadi primadona ini sangat mempesona keindahan daunnya. Bermacam-macam variasi daun, mulai dari motif, warna, bentuk, serta ukurannya menyebabkan tanaman ini banyak diburu orang. Kadang-kadang harganya sangat fantastis, hingga mencapai jutaan rupiah.
Sansevieria memiliki keunggulan yang jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya sangat resisten terhadap polutan dan bahkan mampu menyerapnya. Hal itu dikarenakan Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid yang mampu mereduksi polutan menjadi asam organic, gula , dan beberapa senyawa asam amino. Oleh karena itu, Sansevieria sangat bagus diletakkan di dalam ruangan, baik di rumah ataupun di kantor-kantor, maupun dijadikan penghias taman di jalan-jalan yang lalu lintasnya padat sebagai antipolutan (airfreshener).
Penelitian yang dilakukan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menunjukkan, daun Sansevieria mampu menyerap 107 jenis unsur berbahaya. Beberapa jenis polutan yang bisa dihancurkan oleh Sansevieria adalah Kloroform, Benzena, Xylene, Formaldehid, dan Trichloro etilen. Riset lainnya yang dilakukan oleh Wolverton Environmental Service menyebutkan bahwa sehelai daun Sansevieria mampu menyerap Formaldehid sebanyak 0,938 µg per jam. Jadi, untuk ruangan seluas 100 m2, cukup ditempatkan tanaman Sansevieria laurentii dewasa berdaun 4-5 helai agar ruangan itu bebas polutan.
Beberapa jenis Sansevieria dimanfaatkan untuk diambil seratnya sebagai bahan baku industri tekstil, terutama di negara Cina dan New Zealand. Jenis-jenis seperti Sansevieria aethiophica, Sansevieria kirkii “perinii”, dan Sansevieria zeylanica brown memang memiliki kandungan serat yang tinggi. Sementara di Afrika, Sansevieria dimanfaatkan getahnya sebagai antiracun ular dan serangga.
Para peneliti menyebut Sansevieria sebagai tanaman perintis, artinya tanaman purba yang mampu hidup dalam kondisi yang ekstrim, saat tanaman lain tidak bisa bertahan hidup. Hal itu mendorong para peneliti di Amerika mengikutsertakan Sansevieria dalam uji coba penanaman di gurun Arizona yang dikondisikan seperti kehidupan luar angkasa. Terlepas dari hal tersebut, tanaman ini memang indah dan sedap dipandang mata sehingga pantas untuk dikoleksi sebagai tanaman hias. Banyak ahli tata taman yang memanfaatkan Sansevieria sebagai penghias taman, baik tanaman outdoor di lahan terbuka ataupun tanaman indoor yang berupa rangkaian.

2. MORFOLOGI SANSEVIERIA
Sebagaimana tanaman lain, Sansevieria juga diberi nama latin. System tata nama berdasarkan Binomial Nomenclature yang dipelopori oleh Lineaeus pada tahun 1750-an itu mempunyai dua kata, yaitu genus dan spesies.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Family : Agaveceae
Genus : Sansevieria
Spesies : Sansevieria trifasciata
Sansevieria cylindrical
Sansevieria kirkii
Sansevieria rafilii
Dst.
Secara morfologi, tanaman Sansevieria dicirikan dengan daun yang tebal karena kandungan airnya tinggi. Pada beberapa jenis Sansevieria, daun berkedudukan seperti roset mengelilingi batang semu. Disebut batang semu karena sesungguhnya Sansevieria tidak mempunyai batang. Pada jenis yang lain, daun berbentuk silinder. Jenis yang lain lagi mempunyai helaian daun kaku seperti pedang.
Sebagaimana tanaman monokotil lainnya, akar Sansevieria berupa akar serabut atau disebut juga wild root (akar liar). Semua akar tumbuh dari pangkal batang dan berbentuk serabut. Akar yang sehat berwarna putih dan tampak berisi (gemuk), sedangkan akar yang sakit berwarna coklat. Selain akar serabut, ciri khas lain dari Sansevieria adalah mempunyai rhizome yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah atau tumbuh di dalam tanah.
Bunga Sansevieria termasuk berumah dua. Artinya, benang sari dan putik terletak pada bunga yang berbeda. Bunga Sansevieria berbau harum, terlebih pada malam hari, dan mampu bertahan sampai 7 hari. Apabila penyerbukan berhasil akan terjadi pembuahan yang bisa menghasilkan biji. Biji-biji Sansevieria ini akan masak setelah berumur 2-5 bulan, tergantung spesiesnya. Biji bersifat diploid, artinya terdapat dua embrio dalam satu biji sehingga kemungkinan akan menghasilkan 2 jenis tanaman baru yang berbeda.
3. MUTASI PADA SANSEVEIRA
Tanaman mungkin saja mengalami perubahan sifat. Perubahan yang terjadi pada sosok tanaman yang menyimpang dari normal disebut mutasi. Mutasi yang terjadi pada bagian tertentu dari sel dan berlangsung dalam waktu singkat disebut “gejala chymera”. Penyimpangan yang terjadi bisa menjadikan tanaman semakin cantik, tetapi kadang-kadang juga menjadi lebih buruk.
Sansevieria yang mengalami mutasi akan berubah warna, guratan, dan bentuk daunnya. Umumnya, daun tanaman menjadi varigata, yaitu corak dan warna daun menjadi tidak merata. Sansevieria trifasciata “moonshine” merupakan Sansevieria yang sering mengalami mutasi. Daun yang semula berwarna kuning bergaris hijau berubah menjadi robusta yang berwarna hijau. Sansevieria trifasciata “futura” berubah menjadi robusta. Sansevieria trifasciata “golden hahnii” berubah menjadi hahnii. Terkadang, perubahan tersebut bisa mendongkrak harga menjadi berkali-kali lipat.
Mutasi pada Sansevieria dapat disebabkan oleh mutasi gen dan mutasi kromosom. Mutasi gen terjadi jika gen berubah menjadi bentuk yang berbeda. Mutasi kromosom adalah perubahan genetik karena terjadinya perubahan susunan kromosom, bisa jadi karena ada kromosom yang hilang, bertambah, atau susunannya terbalik.
Jika mutasi gen terjadi pada jaringan somatik (bukan sel kelamin), akan terlihat bagian yang mengalami mutasi dikelilingi oleh sel-sel yang normal. Mutasi seperti ini tidak diturunkan ke anaknya. Meskipun demikian, kita bisa memperoleh mutan tersebut dengan cara kultur jaringan.
Sansevieria hasil dari permutasian umumnya dapat dibedakan menjadi lima.
1. Mutasi morfologi
Efek mutasi ini dapat terlihat pada bentuk, warna, dan ukuran daun yang berubah dari induknya. Mutasi ini sering dijumpai pada Sansevieria, misalnya warna daun hijau bergaris kuning berubah menjadi kuning polos.
2. Mutasi letal
Mutasi ini dikenali dengan adanya sifat baru yang efeknya letal (mematikan). Sering kali, kita kesulitan mencari penyebab kematian tersebut. Itulah sebabnya kita sering mendapati anakan Sansevieria hasil setek yang mengalami mutasi tiba-tiba mati tanpa sebab yang pasti.
3. Mutasi kondisional
Mutasi yang terjadi pada kondisi tertentu, tetapi akan kembali normal bila kondisinya berbeda. Misalnya, mutasi yang disebabkan oleh temperatur. Sering kali, kita menjumpai anakan hasil setek daun tumbuh bagus dalam lingkungan tertentu, tetapi mati apabila dipindahkan ke lokasi lain.
4. Mutasi biokimia
Mutasi ini terjadi karena adanya perubahan beberapa fungsi biokimia dalam sel, dicirikan dengan hilangnya kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak. Mutan ini dapat diperbaiki dengan memberikan nutrisi yang baik.
5. Mutasi resistan
Mutasi yang sifatnya menetap dan tidak akan kembali ke bentuk semula. Mutasi dapat dibuat, terutama menggunakan cholchisine (kolkhisin) ataupun irradiasi sinar gamma. Mutasi buatan ini bersifat resistan karena yang berubah adalah jumlah kromosomnya (ada yang hilang, bertambah, atau susunannya terbalik). Berikut akan dijelaskan secara rinci tentang Kolkhisin dan cara penggunaannya, sangat mudah dan bisa dilakukan orang awan.
Kolkhisin (C22H25O6N) merupakan alkaloid yang berasal dari umbi dan biji tanaman Colchicum autumnale, berbentuk Kristal jarum berwarna putih, dan mudah larut dalam air. Pemakaian kolkhisin ditujukan untuk membuat tanaman menjadi poliploid (jumlah kromosom lebih dari dua genom). Terjadinya pelipatgandaan jumlah kromosom akan menyebabkan perubahan tanaman dari sosok aslinya (perubahan warna, ukuran, sosok tubuh, dan sebagainya).
Dengan pemberian kolkhisin, proses pembentukan serabut gelendong dan pemisahan kromosom akan dicegah sehingga terbentuk sel poliploid. Selain itu, kekentalan dalam sitoplasma menurun, dan hal ini mengakibatkan pembelahan sel berhenti sampai fase metaphase.
Kolkhisin dapat diberikan dalam bentuk cair atau emulsi. Pemberiannya bisa dengan cara disemprotkan ke titik tumbuh berulang kali, diteteskan ke titik tumbuh, atau titik tumbuh dibungkus dengan kapas yang diberi larutan kolkhisin. Bahkan, bisa juga diberikan dengan cara perendaman. Metode yang paling tepat adalah mengecambahkan biji-biji Sansevieria dalam larutan kolkhisin. Apabila yang akan diperlakukan adalah daun tanaman, cara yang paling tepat adalah merendamnya dalam larutan kolkhisin.
Konsentrasi kolkhisin yang digunakan sangat bervariasi. Pada beberapa tanaman, konsentrasi yang efektif adalah 0,1 – 0,8 % dengan waktu perendaman 24 – 96 jam. Pada uji coba yang pernah dilakukan untuk Sansevieria, konsentrasi rata-rata 0,2 – 0,5 % dengan waktu perendaman 24 jam akan membuat tanaman mengalami mutasi. Caranya, timbang 2 – 5 mg kolkhisin dan larutkan dalam 1000 ml air. Rendam bagian tanaman ke dalam larutan tersebut selama 24 jam.
















4. PERSYARATAN TUMBUH SANSEVIERIA
a. POT
Pot digunakan sebagai wadah media tanam tempat akar-akar tanaman tumbuh. Pemilihan pot untuk Sansevieria sangat sederhana, hanya perlu disesuaikan dengan jenis Sansevierianya. Pot dari bahan plastic berwarna hitam ataupun pot keramik bisa dipilih. Keunggulan pot berbahan tanah liat adalah mampu menyerap air dan menyimpannya dalam pori-porinya, sehingga kelembapan selalu terjaga. Selain itu, penampilan pot keramik lebih cantik sehingga akan menambah keindahan tanaman Sansevieria.
Ukuran pot juga harus disesuaikan dengan sosok tanaman. Sansevieria jenis yang kecil akan tampil menawan apabila ditanam pada pot yang berukuran kecil pula. Sebaliknya, Sansevieria yang besar dan mempunyai rimpang yang panjang lebih cocok ditanam dalam pot berukuran besar. Ukuran pot yang tidak sesuai menyebabkan tanaman terganggu pertumbuhannya. Pot yang terlalu besar membuat media cenderung mengumpul di bagian pinggir pot karena perakaran belum menyebar. Selain tidak menarik dipandang mata, ibaratnya orang memakai baju kedodoran, juga terjadi pemborosan dalam penggunaan media dan pupuk.

b. MEDIA TUMBUH
Media tumbuh merupakan tempat berdiri tegaknya tanaman, akar-akar tanaman dapat melekat erat sehingga memperkokoh tanaman. Selain itu, media tumbuh juga berperan untuk menyimpan air dan hara serta menjaga kelembapan. Beberapa persyaratan media tumbuh yang baik antara lain mempu mengikat dan menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit, tahan lama, dan mudah diperoleh. Media yang banyak rongganya akan mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi (pernapasan).
Sansevieria tidak memilih media yang khusus. Namun demikian, berbagai jenis media tumbuh yang umum digunakan untuk Sansevieria umunya merupakan campuran dari bahan-bahan yang poreus, bahan organic, dan tanah. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai media tumbuh Sansevieria antara lain sekam padi, arang sekam, pasir malang, dan pupuk kandang atau kompos.

a. Sekam padi dan arang sekam
Sekam padi yang digunakan sebagai media tumbuh biasanya berupa sekam padi yang sudah matang ataupun arang sekam yang diperoleh dari pembakaran sekam padi kering. Sekam padi dan arang sekam yang belum menjadi abu inilah yang digunakan sebagai media tumbuh Sansevieria.
Sekam padi dan arang sekam padi ini mudah mengikat air, tidak cepat lapuk, tidak cepat menggumpal, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa toksik atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman, serta merupakan sumber kalium bagi tanaman. Pada media sekam padi akar tanaman dapat tumbuh sempurrna karena terjamin kebersihannya dan bebas dari jasad renik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Pemilihan sekam padi harus betul-betul diperhatikan. Pilih sekam padi yang benar-benar sudah matang pemeramannya. Apabila sekam padi yang digunakan belum matang, bisa jadi ada bibit-bibit padi yang akan tumbuh. Akibat yang lebih parah, sekam akan melanjutkan proses pematangannya. Selama proses pematangan tersebut, sekam akan mengeluarkan panas, sekaligus juga menghabiskan unsure nitrogen yang tersedia. Akibatnya lagi, tanaman dapat kekurangan unsur nitrogen.

b. Pasir malang
Pasir malang sangat baik bagi pertumbuhan dan perakaran tanaman. Bobotnya yang cukup besar memudahkan tanaman berdiri tegak. Sifatnya mudah basah, tetapi juga cepat kering. Ukuran substrat kurang lebih 3 mm dan setiap 100 gram mampu menyimpan air sebanyak 18-19 gram. Pasir tidak mengandung unsure hara. Jadi, fungsi utamanya adalah sebagai campuran media agar lebih poreus.

c. Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan media tanam sumber hara, baik hara makro maupun hara mikro. Pupuk kandang yang digunakan harus betul-betul sudah matang. Ini adalah syarat mutlak. Apabila belum matang, pupuk kandang akan menyebabkan media menjadi panas karena proses fermentasi masih berlangsung. Akibatnya, justru akan menghambat perakaran tanaman.
Beberapa kandungan hara penting dalam pupuk kandang kotoran sapi adalah N 2%, P 0,65%, dan K 1,6%. Sementara dalam pupuk kandang kambing terkandung N 4%, P 0,61%, dan K 2,8%.
Penggunaan pupuk kandang sebagai campuran media tumbuh dianjurkan hanya satu bagian saja. Beberapa pekebun lebih menyukai pupuk kandang kotoran kambinga karena bersifat slow release. Sifat ini memungkinkan unsur hara selalu ada dalam semua kondisi.
Formula media tumbuh yang sering digunakan untuk Sansevieria adalah :
- Sansevieria umum = arang sekam : pasir malang : pupuk kandang
- Perbandingan = 1 : 1 : 1
- Sansevieria silindris = arang sekam : pasir malang : pupuk kandang
- Perbandingan = 1 : 2 : 1

Tips praktis
Media tumbuh yang banyak dijual di pasaran bisa digunakan, tetapi perlu dicermati komposisinya. Apabila campurannya berupa arang sekam dan pupuk kandang atau sekam padi mentah plus humus, berarti komposisi tersebut kurang poreus. Oleh karena itu, tambahkan pasir malang.

c. AGROKLIMAT
a. Cahaya
Kebutuhan tanaman akan sinar matahari bersifat mutlak. Artinya, sinar matahari mutlak diperlukan untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman. Aspak cahaya yang dibutuhkan adalah intensitas cahaya dan lama penyinaran.
Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang diterima setiap tanaman setiap hari. Kebutuhan intensitas cahaya Sansevieria sebesar 1.000 – 10.000 food candle. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Sansevieria dapat bertahan hidup pada segala kondisi pencahayaan, meskipun idealnya Sansevieria membutuhkan sinar matahari 4.000 – 6.000 f.c.
Sebagai tanaman indoor, Sansevieria diletakkan di dalam ruangan. Untuk mencukupi kebutuhan akan cahaya, sinar matahari dapat diganti dengan cahaya lampu. Akan tetapi, tetap saja sesekali tanaman harus dikeluarkan untuk mencegah etiolasi akibat kekurangan cahaya matahari. Tanda – tanda Sansevieria kekurangan cahaya matahari adalah daun menjadi agak pucat, putih, dan lama kelamaan jaringan tanaman mengalami etiolasi dan melemah.

b. Temperature
Suhu optimal bagi Sansevieria berkisar antara 24 – 290 C pada siang hari dan 18 – 210 C pada malam hari. Akan tetapi, tanaman ini masih tahan pada suhu yang ekstrem panas. Suhu yang terlalu rendah justru akan menghambat pertumbuhannya. Daerah pegunungan yang bersuhu dingin tidak cocok untuk Sansevieria, khususnya jenis yang berdaun pipih atau membentuk helaian.

c. Penyiraman
Sansevieria tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk tumbuh dan berkembang. Hal itu sesuai dengan jenisnya (xerophyt) tanaman dengan kebutuhan air sedikit. Tanaman jenis ini mampu menyimpan kelebihan air dalam sel – sel daunnya.
Di habitat aslinya, Sansevieria mampu bertahan di daerah yang hanya memiliki curah hujan sebesar 250 ml/tahun. Air yang berlebihan justru akan menyebabkan akar tanaman membusuk. Pembusukan ini dikarenakan media tumbuh menyimpan air dalam waktu lama sehingga menyebabkan perkembangbiakan mikroorganisme, seperti cendawan dan bakteri. Selain itu, akan terbentuk senyawa toksik (racun) dalam media tumbuhnya dikarenakan aerasi dan drainase yang kurang baik.
Penelitian hidroponik system irigasi tetes untuk melihat kebutuhan air Sansevieria pernah dilakukan. Ternyata, Sansevieria paling baik diberi air 20 ml/tanaman/minggu pada media vermikulit. Pada media pasir, kebutuhan air lebih banyak, yaitu 30 ml/tanaman/minggu.
5. STADIA TUMBUH






















Biji sansevieria

a. Sansevieria bertunas setelah berumur > 5 hari

c. Sansevieria berbunga setelah berumur > 3 bulan






b. Sansevieria bertambah daunnya setelah berumur > 10 hari


d. Sansevieria mempunyai bunga yang sempurna setelah berumur . 3 ½ bulan



e. Sansevieria mulai melakukan penyerbukan setelah berumur > 4 bulan



6. JENIS / VARIETAS SANSEVIERIA
Sanseviera ‘francisii’


Sanseviera ‘midnight star’
Sanseviera Fischeri

Sanseviera Aubrytiana ‘tiger stripe’
Sanseviera Trifasciata ‘super ba mutation’


Sanseviera ‘patens’
Sanseviera Kirkii ‘var pulchra’

Sanseviera Trifasciata ‘gold banner’
7. PRODUKTIVITAS SANSEVIERIA SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR
Tanaman yang masih satu keluarga dengan kaktus ini mulai diburu banyak orang. Mulai tahun 2000 hingga 2002, permintaan akan lidah mertua menjulur begitu pesat dan mencapai juluran terpanjang tahun 2004, dan terus menjulur hingga kini. Bayangkan pengalaman Lanny Lingga, petani tanaman hias di bawah bendera Seederama Trading dan Marlan Nursery, yang juga menulis buku soal sansevieria.
Tahun lalu, kebun miliknya seluas 3 ha di kawasan Sukabumi yang ditanami 25.000 tanaman lidah mertua sudah siap panen. Eh, pencuri menggasaknya habis dalam tiga hari berturut-turut. "Malah di atrium Senen itu dicolong juga. Ada orang yang kalau malam suruh cabutin, karena laku banget waktu itu," kata Lanny mengisahkan perburuan tanaman sansevieria alias ular atau lidah mertua.
Antipolusi dan antiradiasi
Maraknya permintaan akan tanaman ini bukan cuma membuat banyak pemain lokal yang ikut membudidayakannya. Bahkan, tak sedikit orang asing yang terjun langsung dan membeli dari petani-petani untuk diekspor. "Lama-lama banyak juga orang Korea asli yang kesini, dan menjadi eksportir. Mereka membeli sansevieria dari Indonesia dan menjualnya di pasar mereka sendiri di Korea," tutur Grace Setyadharma, Direktur PT Hujanmas Florestika Kencana, salah satu perusahaan yang ikut berbisnis sansevieria.
Lantaran tingginya permintaan, harganya tentu saja ikut membubung. Lidah mertua biasanya dijual dalam pot plastik hitam kecil, dan harganya dihitung per helai daun. Satu pot sering cuma terdiri dari tiga hingga lima helai daun. Dua tahun silam harganya masih sekitar Rp 500 -Rp 700 per daun. Sekarang harganya sekitar Rp 1.500- Rp 4.000 per daun, tergantung jenis dan ketinggian daunnya.
Kalau tanaman Anda tergolong memiliki kelainan atau jenis yang langka, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per pohon. "Kalau yang kelainan itu mahal, bisa 1.000 kali dari harga normal. Misal kuning semua, hijau semua, atau berkelok-kelok," ujar Lanny. Grace juga bilang begitu. Untuk sansevieria berbentuk mawar atau sansevieria trifasciata futura, harga per daunnya bisa mencapai US$ 30.
Tanaman sansevieria ini punya penggemar di berbagai masyarakat dunia, mulai dari Jepang, Taiwan, Korea, hingga di Eropa dan Amerika. Ada yang bilang, tanaman ini dapat menyerap polusi di sekitarnya, sehingga banyak orang yang meletakkannya di dalam rumah atau menanam di halaman. Ada juga yang percaya tanaman ini bisa dijadikan obat diabetes, wasir, hingga kanker ganas. Bahkan, sebagian masyarakat Korea percaya tanaman ini dapat menghilangkan berbagai radiasi, sehingga mereka memburunya hingga ke seantero jagat. Bangsa China pun percaya tanaman ini membawa keberuntungan bagi yang memeliharanya. Di Thailand, ekstrak sanseivieria kabarnya sudah dikembangkan menjadi obat kanker dengan harga mencapai Rp 700.000 per kapsul.
Lepas dari berbagai kepercayaan tersebut, belum ada riset ilmiah yang bisa membuktikannya. Satu yang pasti, sansevieria sangat mudah hidup di mana saja, di tempat yang banyak polusi udara yang membuat tanaman lain mati, di tempat yang miskin cahaya. Lidah mertua juga tak butuh banyak air. Dia cuma butuh 26 mililiter per tanaman per minggu. "Di ruangan, setengah bulan enggak disiram enggak soal. Makanya di luar negeri itu laku banget, karena bisa ditaruh di dalam ruangan dalam waktu lama," tandas Lanny.
Karena permintaan yang tinggi itulah dalam setahun Lanny mengekspor sansevieria lima kontainer masing-masing berisi 40.000 tanaman. Adapun harga jual per potnya dipatok US$ 2-US$ 3,50. Jadi, sekali kirim ia bisa menggenggam duit ratusan juta rupiah. Dalam setiap pameran flora pun nyaris setiap peserta menjual sansevieria dengan stok ratusan pot. Permintaan pasar dari luar negeri, menurut Grace, bahkan mencapai satu kontainer setiap minggu.
Tertarik mencicipi empuknya bisnis sansevieria? Gampang, kok. Coba saja menanamnya dulu. "Sansevieria ini mudah hidup di mana saja. Yang penting jangan di luar pagar, nanti diambil orang," kata Grace sambil tertawa lebar.
Hanya, patut diingat, permintaan dari luar negeri, terutama Eropa dan Amerika, juga ada siklusnya. Di musim dingin seperti sekarang biasanya permintaan turun dan baru naik lagi saat musim semi, lalu mencapai puncaknya di musim panas.
Sansevieria banyak diminta pasar di luar negeri, terutama di negara-negara Eropa dan Asia seperti Belanda, Korea, Taiwan, dan sebagainya. Tingginya permintaan ini dikarenakan fungsinya sebagai penyerap radiasi berbagai barang elektronik (computer, televisi, telepon, dll). Selain itu juga dimanfaatkan sebagai bahan baku tekstil, serta kandungan alkaloidnya digunakan sebagai bahan baku obat-obatan. Di samping itu, sansevieria memang indah sebagai penghias taman.
Penanganan sansevieria sebelum diekspor antara lain sebagai berikut.
1. Pilih tanaman dengan ukuran panjang daun untuk jenis Lorentii minimal 60 cm dan jumlah daun minimal 3 helai. Selain itu, pilih tanaman yang berkualitas tinggi, bebas serangan hama dan penyakit, dan tidak cacat.
2. Buang seluruh akarnya, lalu cuci bersih dan olesi dengan fungisida yang sudah dicampur hormone akar.
3. Lakukan pengemasan, bisa tanpa media tanam (bare rooted) atau dengan media tanam (potted). Media tanam yang digunakan bisa berupa cocopeat atau campuran peat moss dan perlite.
4. Selanjutnya, bungkus tanaman dengan kertas yang mampu menyerap air, misalnya kertas Koran.
5. Susun tanaman dalam boks atau kotak kemasan yang disusun secara vertical.

8. PEMBIBITAN DAN PENANAMAN SANSEVIERIA
Sansevieria termasuk tanaman yang sangat mudah perbanyakannya. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generative dengan biji ataupun secara vegetative dengan stek, pemisahan anakan, cabut pucuk, dan kultur jaringan (cloning).
A. PERKEMBANGBIAKAN SECARA GENERATIF
Perbanyakan secara generative dilakukan dengan menggunakan biji. Keunggulan perbanyakan tanaman menggunakan biji antara lain dapat diperoleh tanaman dalam jumlah banyak dan seragam serta tidak merusak tanaman induk. Selain itu, sifat biji Sansevieria umumnya diploid sehingga menyebabkan minimal dua keragaman dalam satu biji.
Kelemahan secara generative ini adalah memerlukan waktu yang lama. Selain itu, tidak semua spesies mampu menghasilkan bunga dan biji. Cara ini biasanya hanya digunakan oleh para breeder untuk memperoleh hibrida baru,

a. Teknik Pembuatan dengan Biji
Memperbanyak tanaman Sansevieria dengan biji sangat mudah. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Persiapan media semai
Buat campuran media semai yang terdiri atas arang sekam dan pasir malang dengan perbandingan 1:1.
Sebelum digunakan, media harus terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida Dithane M-45 dengan dosis sesuai anjuran, selama 24 jam.
2. Persiapan biji yang akan disemai
Pilih biji yang sudah tua. Biji-biji Sansevieria yang sudah tua berwarna oranye dan kusam. Biji-biji ini masak rata-rata saat sudah berumur 4-5 bulan. Beberapa spesies lebih cepat masak.
Karena kulitnya tebal, biji sulit berkecambah. Oleh karena itu, berikan perlakuan khusus agar biji-biji cepat berkecambah. Misalnya, rendam biji dalam air panas (suhu 400 C) selama satu jam atau amplas sampai embrionya terlihat atau rendam dalam larutan PEG (Poly Ethylen Glikol).
Setelah perlakuan khusus tersebut, rendam biji dalam larutan zat perangsang tumbuh auksin (misalnya Atonik) selama 24 jam.

b. Pembibitan atau Penanaman
Masukkan biji-biji Sansevieria ke dalam pot berisi media semai. Isi setiap pot dengan 3-6 biji, tergantung besarnya pot yang digunakan. Sebaiknya, jangan menimbun biji dengan media terlalu tebal, karena biji bersifat hypogeal (kotiledon muncul belakangan). Selanjutnya, tutup pot dengan plastic secara rapat dan letakkan di tempat yang teduh. Biji-biji tersebut akan berkecambah setelah berumur 3 minggu. Selama proses perkecambahan, siram persemaian dengan air secukupnya dan berikan zat perangsang akar (misalnya Liquinox vitamin B1).

B. PERBANYAKAN SECARA VEGETATIF
Perbanyakan secara vegetative dilakukan menggunakan bagian tanaman itu sendiri. Secara vegetative, Sansevieria dapat diperbanyak menggunakan stek, pemisahan anakan, teknik cabut pucuk, dan kultur jaringan. Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetative adalah sifat keturunan yang diperoleh bisa sama persis dengan induknya.
Akan tetapi, ada perkecualian untuk Sansevieri, yaitu adanya gejala chimera yang menyebabkan sifat genetiknya tidak stabil. Oleh karena itu, keturunannya bisa berbeda dengan induknya. Kadang dijumpai corak dan warna yang sama sekali berbeda dengan induknya, terutama pada spesies trifasciata. Sebagai contoh, Sansevieria trifasciata “futura” berubah menjadi robusta, Sansevieria trifasciata “golden hahnii” berubah menjadi hahnii, dan Sansevieria trifasciata “moonshine” berubah menjadi robusta.

a. Stek Daun
Perbanyakan Sansevieria menggunakan stek adalah cara yang paling mudah dilakukan. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar didapatkan keturunan yang berkualitas bagus.
1. Persiapan bahan stek
Ambil bahan stek Sansevieria dari bagian daun secara utuh (untuk tipe birdnest atau tipe sarang burung) ataupun daun yang dipotong-potong (untuk tipe berdaun panjang).
Pilih daun yang dewasa dan sehat, yakni yang keras, tampak segar, tidak terkena hama ataupun penyakit, dan tidak berwarna kekuning-kuningan.
Potong daun menggunakan pisau yang tajam dan telah dicelupkan ke dalam alcohol. Panjang stek daun + 10 cm. Stek yang terlalu pendek akan menghasilkan anakan sedikit. Sebaliknya stek yang terlalu panjang akan rentan terhadap penyakit. Kemudian olesi bekas potongan dengan zat perangsang akar untuk mempercepat keluarnya akar. Keringkan stek selama 1-2 menit sampai bekas potongan kering. Kemudian stek pun siap untuk ditanam.
2. Persiapan media tumbuh
Siapkan campuran media tumbuh stek yang terdiri atas arang sekam dan pasir malang dengan ukuran perbandingan 1:2. Kemudian lakukan sterilisasi media, terutama untuk media pasirnya. Cara yang bisa digunakan adalah dengan mengukus media tersebut selama 2 jam. Selanjutnya rendam media dalam larutan fungisida untuk mencegah cendawan.
3. Penanaman dan pemeliharaan stek
Benamkan stek yang sudah disiapkan ke dalam media tumbuh sedalam2 cm dengan posisi tegak lurus. Selanjutnya, letakkan tanaman di tempat yang teduh (intensitas sinar matahari 65%). Hal ini perlu untuk menjaga agar transpirasi stek tidak terlalu tinggi. Dengan demikian, tanaman tidak mengalami dehidrasi, sehingga akar dan tunas akan cepat muncul. Kemudian lakukan penyiraman yang cukup dengan cara disemprot. Usahakan media selalu dalam keadaan lembab. Pada saat ini pemupukan belum dilakukan. Namun, untuk mempercepat keluarnya akar, siram dengan vitamin B1 seminggu sekali (missal : Liquinox vitamin B1). Setelah 2-4 minggu, akar akan muncul dan segera disusul munculnya anakan. Setiap helai daun bisa menghasilkan 1-4 anakan, tergantung pada jenis, panjang potongan stek, dan pemberian zat perangsang tumbuh.

b. Stek akar
Teknik ini diterapkan untuk memanfaatkan akar penghubung atau bonggol yang sudah tua. Teknik stek akar ini akan memunculkan Sansevieria mini yang eksotik, sangat indah sebagai pajangan meja. Biasanya, Sansevieria yang dibuat mini adalah Sansevieria jenis daun lebar dan tinggi, seperti Sansevieria masoniana atau giant.
Cara melakukan stek akar adalah sebagai berikut :
1. Ambil bahan stek dari akar penghubung atau bonggol yang sudah tua.
2. Potong bonggol dengan panjang 3 – 4 ruas.
3. Olesi bekas potongan dengan penutup luka (fungisida dicampur zat perangsang tumbuh).
4. Benamkan potongan bonggol dalam media, tidak seluruh bonggol tertutup media.
5. Setelah 4 – 6 bulan, akan muncul tunas. Tunas tersebut akan tetap berjumlah 2 buah dalam waktu 1 tahun sehingga sosok mini akan tetap dipertahankan.

c. Pemisahan Anakan
Sansevieria dapat diperbanyak dengan anakannya. Umumnya, anakan ini muncul disamping tanaman induk. Anakan Sansevieria dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anakan yang berhimpitan dengan induknya dan anakan yang berjauhan dengan induknya.
Pemisahan anakan perlu dilakukan agar tanaman tidak terlalu rimbun dan perakarannya tidak berdesakan. Anakan dapat dipisah dari induknya apabila telah cukup umur. Memisahkan anakan yang terlalu kecil beresiko gagal cukup tinggi. cara pemisahan anakan dilakukan dengan cara berikut :
1. Keluarkan tanaman yang akan dipisahkan anakannya dari pot.
2. Bersihkan tanaman dari media sehingga perakaran dan penghubung antara induk dan anak terlihat jelas.
3. Potong penghubung induk dan anakan secara tegak lurus, menggunakan pisau yang tajam dan steril.
4. Olesi bagian yang terpotong dengan zat perangsang tumbuh akar dan fungisida (missal : rootone F dicampur Benlate).
5. Tanam anakan pada media tumbuh yang berupa campuran pasir malang dan arang sekam dengan perbandingan 2 : 1.
6. Tutup dengan media tanam.
7. Beri pupuk slow release (misal : Dekastar, Osmocote) sebanyak 1 sendok teh.
8. Tutup kembali dengan media tanam dan letakkan di tempat yang teduh.


d. Teknik Cabut Pucuk
Teknik cabut pucuk ini biasanya diterapkan pada Sansevieria tipe birdnest. Bagian ujung tanaman yang telah dewasa dapat dipotong dan dijadikan stek, sementara indukannya akan terangsang untuk mengeluarkan anakan baru. Tahapan-tahapan teknik cabut pucuk adalah sebagai berikut :
1. Pilih tanaman induk yang bagus.
2. Potong bagian pucuk tanaman beserta 3 – 5 daun. Usahakan agar daun-daun pucuk ini tidak terlepas.
3. Olesi bagian yang terpotong dengan fungisida dan zat perangsang akar (missal : rootone F dicampur Dithane) dan biarkan sampai kering.
4. Tanam bagian pucuk ke dalam media tumbuh berupa campuran pasir malang dan arang sekam dengan perbandingan 2 : 1.
5. Beri pupuk slow release (missal : Dekastar, Osmocote) sebanyak 1 sendok teh.
6. Tutup kembali dengan media tanam, kemudian letakkan tanaman di tempat yang teduh.
7. Pelihara dengan cara disiram dan disemprot dengan vitamin B1 (missal : Liquinox).
8. Indukan akan segera memunculkan anakan setelah 1 – 2 bulan.

e. Teknik Kultur jaringan
Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan (tissue culture) bertujuan untuk mendapatkan tanaman dalam jumlah banyak dan seragam pertumbuhannya. Seiring dengan permintaan bibit Sansevieria yang semakin meningkat, cara perbanyakan secara konvensional menggunakan stek, anakan, dan cabut pucuk tidak lagi bisa mencukupi. Satu-satunya cara perbanyakan yang sanggup memenuhi kebutuhan permintaan bibit dalam jumlah besar itu hanyalah kultur jaringan.
Jaringan tanaman Sansevieria yang dikultur jaringankan dipilih dari jaringan yang masih muda (meristematis). Jaringan meristematis ini selanjutnya ditanam di dalam botol yang berisi media buatan, dalam lingkungan steril, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan eksplan sebagai media tanam
Eksplan artinya jaringan tanaman yang digunakan sebagai bahan tanam di botol kultur. Pilih eksplan dari jaringan yang masih muda. Jaringan muda tersusun atas sel-sel yang masih muda dan selalu membelah sehingga diharapkan bisa menghasilkan tanaman yang sempurna. Jaringan daun pucuk yang masih muda dan tunas merupakan bahan eksplan yang sangat bagus.
2. Sterilisasi eksplan
Sterilisasi eksplan bertujuan untuk menyucihamakan jaringan yang dimaksud. Ada 3 langkah yang harus ditempuh, yaitu :
a. Sterilisasi 1, dengan Clorox 10% selama 10 menit,
b. Sterilisasi 2, dengan slorox 5% selama 5 menit,
c. Sterilisasi 3, dengan aquades steril, lakukan 3 kali masing-masing selama 5 manit.
3. Penyiapan media kultur jaringan
Ramuan media yang digunakan adalah MS (Murashige and Skoog) dengan komposisi sebagai berikut.
Unsure makro
- KNO3 : 1900 mg
- NH4NO3 : 1650 mg
- CaCl2.2H20 : 440 mg
- MgSO4.7H20 : 370 mg
- KH2PO4 : 170 mg
Unsur mikro
- MnSO4.4H20 : 22,3 mg
- ZnSO4.7H2O : 8,6 mg
- H3.BO3 : 6,2 mg
- Kl : 0,83 mg
- CuSO4.5H2O : 0,025 mg
- NaMoO4.2H2O : 0,25 mg
- CoCl2.6H2O : 0,025 mg
- FeSO4.7H2O : 27,8 mg
- NaEDTA.2H2O : 37,3 mg
Vitamin
- Mio-inositol : 100 mg
- Thiamin HCl : 0,1 mg
- Asam nikotinat : 0,5 mg
- Pridoksin HCl : 0,5 mg
- Glisin : 2 mg
Selain bahan-bahan tersebut, masih harus ditambahkan bahan-bahan berikut.
- Zat pengatur tumbuh auksin (NAA), disarankan 2 – 5 ppm.
- Zat pengatur tumbuh sitokinin (kinetin, zip, BAP), disarankan 1 – 2 ppm.
- Sukrosa 20 gram.
- Agar-agar sebagai pemadat 6 – 8 gram.
- Gerlite 1 gram.

a. Cara Penanaman
- Iris-iris eksplan di atas petridish.
- Kemudian, tiriskan di atas kertas saring.
- Kemudian aseptis, masukkan eksplan ke dalam botol.
- Tutup botol dengan aluminium foil.

b. Pemeliharaan
- Letakkan botol berisi eksplan dalam ruang inkubasi bersuhu 200 C, dengan penerangan lampu TL 40 watt.
- Cek setiap hari untuk mendeteksi adanya kontaminasi oleh jamur atau bakteri. Bila terlihat adanya tanda-tanda adanya spora jamur, segera singkirkan agar tidak menulari tanaman lain.
- Bila perlu, semprot ruang inkubasi dengan alcohol 70% untuk mencegah kontaminan.
















9. NUTRISI
Unsur hara dapat diperoleh dari air siraman dan media tumbuh serta pemupukan. Pemupukan pada Sansevieria sama seperti tanaman yang lainnya. Cara pemupukan dapat melalui akar atau daun. Pemupukan harus tepat dosis. Pemberian pupuk yang berlebihan justru akan menjadi racun bagi tanaman. Sebaliknya, kekurangan pupuk akan menyebabkan tanaman merana, bahkan mati.
Berbagai merek dagang pupuk mudah didapatkan di pasaran. Yang perlu diperhatikan adalah komposisi unsur hara yang terkandung di dalamnya (lihat tabel 2) dan dosis pada labelnya.
Unsure hara yang dibutuhkan tanaman dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu unsure hara makro dan unsure hara mikro. Unsure hara makro adalah unsure hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Missal : Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium, Sulfur, dan Magnesium. Unsure hara mikro adalah unsure hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, tetapi mutlak harus tersedia. Missal : besi, mangan, boron, tembaga , seng, klorida, dan molybdenum.
Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk majemuk. Artinya, pupuk yang kandungan nutrisinya lebih dari satu unsur. Di pasaran banyak tersedia pupuk majemuk dengan berbagai merek dagang.
Tabel 1. Nama Unsur dan Manfaatnya
Nama Unsur Lambang Manfaat Bagi Tanaman
Nitrogen


Fosfor


Kalium


Kalsium

Magnesium


Sulfur


Ferrum (besi)

Mangan
Boron

Zink
Molybdenum N


P


K


Ca

Mg


S


Fe

Mn
B

Zn
Mo Memacu pertumbuhan daun dan batang, serta membantu terbentuknya akar.
Merupakan pendorong terbentukyna akar, serta membantu pembentukan bunga akar.
Unsur utama dalam pembentukan tulang tanaman (penguat tanaman), serta membantu pembentukan bunga dan buah.
Membantu pembentukan ujung dan bulu akar
Unsur utama dalam pembentukan zat hijau daun dan membantu penyebaran fosfor ke seluruh tubuh.
Bersama fosfor mempertinggi kinerja unsur lain dan memproduksi energi.
Ikut dalam pembentukan zat hijau daun.
Membantu penyerapan nitrogen.
Membantu pembentukan jaringan tunas/meristem.
Ikut membentuk zat perangsang tumbuh.
Berperan dalam pengikatan nitrogen.
Tabel 2. Beberapa Macam Pupuk
Majemuk dan Komposisinya, yang disarankan untuk Sansevieria*)
Merek Dagang N-P-K Komposisi Unsur Tambahan
Growmore (hijau)

Gandasil D

Nutra Phos N
Hyponex (merah)

Hyponex (hijau)
Bayfolan

Complessal

Molifert A

Gaviota 63
Gaviota 67

Shell Foliar

Surplus (hijau)

Vitabloom

Top Voliar B
Wuxal
20-20-20

20-15-15

16-14-4
25-5-20

20-20-20
11-8-6

12-4-16

15-10-32

21-21-21
13-27-27

18-18-18

17-17-17

30-10-10

5-10-20
9-9-7 Mg, Mn, Mo, Fe, Ca, Co, B, S, Zn
Mg, Mn, B, Cu, Co, Zn, dan Vitamin
Mg, Zn, Fe, dan B
B, Fe, Zn, Ca, Co, Cu, Mg, Mn, Mo, S
B, Fe, Zn, Ca, Co, Cu, Mg, Mn, Mo, S
Fe, Mn, B, Cu, Zn, dan Co
Mg, S, Bo, Fe, Cu, Mn, dan Zn
Fe, Mn, B, Cu, Zn, vitamin, hormon
B, Fe, Cu, Zn, Mn, Mg, dan Vitamin
B, Fe, Cu, Zn, Mn, Mg, dan Vitamin
Fe, Cu, Zn, Mo, Mg, Mn, B dan Vit B1
Mg, Fe, Zn, Mn, Cu, Co, B dan Mo
Mg, Fe, Mn, Co, Zn, B, Mo dan Vit B1
Mg, Mn, B, Cu, Co, dan Zn
Fe, Mn, Bo, Zn, Mo, Vitamin dan Hormon
*) jangan gunakan pupuk dengan dosis P tinggi, kecuali untuk tujuan persilangan.
Tanaman Sansevieria membutuhkan komposisi N-P-K seimbang, terlebih apabila warna daun tanaman kuning. Nitrogen berfungsi merangsang pertumbuhan daun dan anakan. Jika tanaman dalam kondisi lemah atau pada saat musim hujan, pupuk yang digunakan sebaiknya memiliki komposisi K lebih tinggi.
Sansevieria bukan tanaman yang rakus akan unsure hara sehingga pemupukan tidak perlu berlebihan. Apabila tanaman sudah diberi pupuk pelepas lambat (sllow release), pupuk daun cukup diberikan seminggu sekali.
Pupuk slow release artinya pupuk yang larut secara pelan-pelan sehingga unsure hara sedikit demi sedikit dapat dimanfaatkan tanaman. Aplikasi pupuk jenis ini dilakukan tiga bulan sekali dengan cara dimasukkan ke dalam media tanam. Berbagai macam pupuk jenis ini misalnya Dekastar, Osmocote, dan lain-lain, Berikan cukup 1 sendok the untuk pot dengan diameter 15 cm.
Pupuk daun yang akan digunakan dilarutkan dengan air sesuai dengan dosis anjuran. Kemudian, semprotkan pada bagian daun seminggu sekali. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari (pukul 06.00 – 07.00) atau sore hari (pukul 17.00-18.00).
Tips praktis
Sansevieria berdaun kuning jangan dipupuk dengan pupuk yang mengandung Nitrogen tinggi karena akan menyebabkan warna daun cenderung berubah menjadi hijau. Hal itu wajar karena Nitrogen tinggi akan menyebabkan klorofil yang berbentuk banyak. Gunakan pupuk dengan komposisi N-P-K seimbang (20:20:20).
Sansevieria jangan dipupuk menggunakan pupuk yang mengandung fosfat tinggi karena akan terbentuk bunga (kecuali untuk tujuan persilangan).
Apabila kehabisan pupuk slow release, bisa diganti dengan kotoran kambing yang masih berupa butiran. Campurkan pada media tumbuh.











10. HAMA PENGANGGU TANAMAN

Pada dasarnya tidak terlalu banyak hama dan penyakit yang menyerang sansevieria. Namun demikian beberapa hama dan patogen penyebab penyakit sering mengganggu pertumbuhan tanaman ini. Hama pada sansevieria umumnya dari jenis serangga yang merusak tanaman. Sedangkan penyakit yang menyerang adalah jamur dan bakteri.

1. Hama
a. Siput
Siput yang telanjang atau yang berumah akan menyerang bagian daun, bahkan akar tanaman. Gejalanya mudah dikenali, karena tampak adanya bekas gigitan pada daun dan kotoran yang berserakan di sekitar tanaman. Siput aktif menyerang sansevieria pada malam hari. “Pada umumnya, pemberantasan hama ini bisa dilakukan secara manual, yakni dengan cara mengambil dan membuang siput yang umumnya berada di bagian bawah daun. Akan tetapi, bila serangannya cukup hebat, dapat digunakan melusida Metaphar atau Moluskil dengan dosis sesuai anjuran,” ujar Syaichul.

b. Thrips
Selain siput, hama jenis thrips juga sering menyebabkan kerusakan yang parah. Hama jenis ini menghisap cairan tanaman, sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Di Indoensia, thrips yang menyerang biasanya dari jenis Herciotrips Feronalis. Hama ini biasanya akan menyerang pada musim kemarau. Thrips dapat diberantas dengan Kelthane, Tracer, atau Supracide dengan dosis sesuai anjuran.

2. Penyakit
Penyakit yang menyerang sansevieria umumnya merupakan gangguan yang diakibatkan oleh adanya patogen atau jasad renik yang tidak terlihat oleh mata biasa.

a. Busuk lunak (becterial stem rot)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia Carotovora yang menyerang daun atau akar tanaman, terutama menginfeksi melalui luka yang menganga. Daun atau akar yang terserang tampak berwarna kecoklat-coklatan dan terasa lunak bila dipegang, berlendir, serta berbau tidak enak, dan lama kelamaan akan berubah seperti bubur.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Meskipun sansevieria termasuk tanaman yang bandel, pencegahan tetap perlu dilakukan, terutama untuk mencegah serangan kutu putih dan penyakit busuk daun yang terkadang menyerang sansevieria terutama yang berjenis Sansevieria trifasciata . Semprot tanaman dengan fungisida dan insektisida 2 minggu sekali.
Contoh merk yang ada di pasaran
Fungisida : antacol, mauzete, dientine, score
Insektisida : lannete, coracoon, matador, decis
Dosis 1 gram , atau 1cc per liter air, atau sesuai petungjuk di kemasan. Semprotkan secara merata ke daun dan batang, lakukan pagi atau sore hari. Penyakit yang cukup berbahaya untuk sansevieria, terutama yang berjenis sansevieria trifasciata adalah bakteri erwina carotovora. Serangan ini biasa disebut daun yang menyerang daun, bonggol atau akar tanaman, terutama menginfeksi melalui luka yang menganga, gejala serangan bermula dari daun berlendir dan berwarna kecoklatan. Lama kelamaan daun tersebut akan hancur seperti bubur dan mengeluarkan aroma tidak sedap karena adanya kerusakan jaringan.
Penyakit ini muncul terutama karena lingkungan yang terlalu lembab, menyerang melalui luka terbuka. perlu diwaspadai di saat musim hujan, atu saat menisahkan anakan dari indukannya. Penyakit ini dikendalikan dengan bakterisida, misalnya agrimicyn atau dengan memangkas bagian yang terkena serangan dan mengolesinya dengan Na-hipoklorit (Clorox), serta membakar bagian yang terkena serangan.
Sedangkan untuk pengendaliannya bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. pengendalian mekanis
pengendalian secara mekanis dilakukan apabila serangan hama masih dalam jumlah terbatas. Misalnya, siput dapat diambil dengan tangan dan dibunuh. Demikian juga dengan kutu yang terdapat pada bagian daun dapat didorong dengan kuku dan dibunuh. Semut-semut yang tidak terlalu banyak pun dapat diambil secara manual dengan tangan.
b. Sanitasi
menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu cara kontrol hama untuk menangkal serangan hama dan penyakit. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman merupakan tempat persembunyian yang disukai hama dan patogen penyebab penyakit. Dengan membersihkan kebun secara rutin, hama tidak mempunyai kesempatan untuk bersembunyi. Selain itu, kebun yang bersih akan sedap dipandang dan merupakan lingkungan kerja yang baik.
c. Kultur teknis
pemeliharaan tanaman / kontrol hama yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman. Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama dan penyakit secara dini.
d. Pengendalian kimiawi
apabila serangan hama dan penyakit telah berada di ambang batas atau mencapai 10%, pengendalian secara kimiawi merupakan pilihan. Akan tetapi, pemakaian bahan kimia secara berlebihan akan membawa dampak negatif bagi lingkungan. Untuk itulah penggunaanya harus terkontrol.




















11. PEMANENAN
a. Standar Prosedur Panen :
Cukup umur dan sesuai dengan spesifikasi tanaman yang diinginkan konsumen (tinggi tanaman, jumlah daun, ujung daun tidak patah, sehat, mulus).
Stadia Panen :
a. Umur : 4 s/d 9 bulan, tergantung spesifikasi tanaman yang diinginkan. Semakin tua, tanaman memiliki ukuran semakin tinggi dan rumpun semakin banyak.
b. Tanda-tanda dapat dipanen :
- Tinggi tanaman yang dinginkan biasanya 40 cm s/d 75 cm atau sesuai spesifikasi yang diminta konsumen.
- Jumlah daun tiap rumpun disesuaikan dengan keinginan konsumen.
- Rumpun dan helaian daun yang sehat, mulus serta tidak patah ujung.
c. Waktu panen diupayakan tidak kehujanan.
d. Panen dilakukan secara hati-hati dengan cara membongkar tanah diatas bonggol yang dipanen, sehingga terlihat bonggol yang akan dipotong.
e. Pemotongan bonggol dekat dengan indukan, untuk menghindari busuk dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari memar/patah.
f. Hindari luka bekas potong terinfeksi dan usahakan mengering lukanya.
g. Setelah bekas potongan bonggol tanaman induk mengering, lakukan penimbunan bonggol dengan tanah.
h. Pencatatan pelaksanaan panen.




b. Repotting
Repotting adalah pemindahan tanaman ke pot lain yang lebih besar agar pertumbuhan tanaman subur dan kokoh. Repotting dilakukan karena ukuran pot sudah tidak proporsinal dengan sosok tanaman. Selain itu juga untuk mengganti media tumbuh. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Lembabkan media tumbuh agar tidak pecah pada waktu tanaman dikeluarkan.
2. Keluarkan tanaman dari pot yang lama.
3. Potong akar-akar yang sakit, kering atau busuk.
4. Kurangi media tumbuh pada bagian bawah.
5. Masukkan tanaman ke dalam pot dengan media yang baru.


c. Penempatan tanaman
Tanaman sansevieria dapat diletakkan didalam ruangan, di teras, atao di halaman rumah. Khusus untuk penempatan di dalam rumah sebaiknya tanaman dikeluarkan untuk mendapatkan matahari langsung minimal 1 minggu 1 kali.









12. EKONOMI DAN PEMASARAN
Dua puluh kotak styrofoam 40 cm x 30 cm x 6 cm berjajar dalam greenhouse seukuran 2 kali meja pingpong. Di atas kotak terdapat potongan daun patens, downsii, kirkii, dan pinguicula yang dialasi sekam. Begitulah cara Andy Solviano Fajar memperbanyak sansevieria untuk memenuhi tingginya permintaan. Dalam 3 bulan terakhir, ia memasarkan 200 pot terdiri atas 4—5 daun. Dari perniagaan itulah, pekebun di Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, itu meraup omzet Rp25-juta per bulan.
Dua ratus pot yang terjual terdiri atas 50 pot patens, 75 pot downsii, 25 pot pinguicula, dan 50 pot kirkii. Bibit yang dijual berumur 5—6 bulan, seukuran kunci sepeda motor. ‘Memang masih kecil, sebab baru dipisah sudah langsung dipesan,’ katanya. Konsumennya pedagang di seputaran Solo, Yogyakarta, dan Blitar. Omzet Andy lebih besar jika memperhitungkan penjualan 20 pot ehrenbergii, pinguicula, dan patens dewasa seharga Rp750-ribu—Rp2,5-juta per pot. Pundi-pundi ayah 1 anak itu menebal pada awal tahun karena permintaan bibit melonjak 100% ketimbang penghujung 2007.
Andi memperbanyak sansevieria sejak 1,5 tahun silam. Itu dimulai dari keberaniannya mencacah daun kirkii berukuran 10 cm x 20 cm menjadi 5 cm x 5 cm. Perbanyakan itu sukses. Oleh karena itu ia menerapkannya pada spesies lain seperti patens, downsii, dan rorida yang berdaun tebal. Total jenderal diperoleh 3.500 anakan. Saat wartawan Trubus Nesia Artdiyasa, mampir ke kebunnya pada Februari 2008, bibit yang tersisa hanya pinguicula 75 pot, rorida 35, dan kirkii 40.
Untuk memenuhi tingginya permintaan, Andy menambah indukan baru. Ia membeli malawi 5 daun seharga Rp2-juta dan mencincangnya menjadi 15 potong. Dua desertii masing-masing 2 daun seharga Rp750-ribu dipecah menjadi 15 otong. Jebolan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada itu juga memborong 6 pot patens terdiri atas 7 daun. Tanaman seharga Rp250-ribu—Rp750-ribu itu lalu dicacah menjadi 100. ‘Itu untuk persiapan penjualan 5 bulan ke depan,’ kata pemilik nurseri Sekar Jagad itu. Rezeki nomplok.
Berkah sansevieria pun dirasakan Franky Tjokrosaputro, presiden direktur PT Bumi Teknokultura Unggul, di Jakarta. Selama 11 hari pameran di Trubus Agro Expo 2008 di Parkir Timur Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Pusat, Franky sukses menjual 200 pot Sansevieria cylindrica ‘patula’ dan S. cylindrica ‘bintang.’ Dengan harga tanaman berukuran 10 cm Rp50.000, ia memperoleh pendapatan minimal Rp10-juta. Itu belum termasuk penjualan masoniana congo dan silver.
Menurut Franky nominal itu tak terduga sebelumnya. Pasalnya, cylindrica yang dikebunkan sejak 2005 untuk pasar ekspor. ‘Saya menyiapkan untuk ekspor pada pertengahan 2008. Ternyata sejak awal tahun pasar lokal bisa menyerap. Itu benar-benar rezeki nomplok,’ kata kelahiran Solo 31 tahun silam itu.
Di Medan, Sumatera Utara, Poppy Anggraeni, pun ketiban rezeki sansevieria. Pemilik nurseri Ivanna itu meraup omzet Rp75-juta selama berpameran di Jakarta pada awal Maret 2008. Itu penjualan 300 pot Sansevieria fischerii, ehrenbergii, gold flame, dan pinguicula. Bedanya, 50% penjualan Poppy berasal dari hasil perbanyakan di halaman rumah. Sisanya didatangkan langsung dari negeri Siam. ‘Yang ukuran 20 cm ke bawah hasil anakan sendiri. Yang besar diimpor,’ kata pengusaha rumah makan itu. Kian berkibar
Bukan tanpa sebab 3 pekebun itu mendulang rupiah dari si tanaman ular. ‘Tren sansevieria kian menggila,’ kata Purbo Djojokusumo, pemain tanaman hias yang malang melintang selama 15 tahun itu. Mantan dokter di rumah sakit di Jakarta itu merujuk pada peningkatan permintaan lidah mertua yang melonjak 4 kali lipat sejak sebulan terakhir. Sebelumnya Purbo hanya sanggup menjual 10—20 pot per bulan. Pada Februari 2008 ia kelimpungan melayani permintaan 200 pot kirkii brown.
Harga sansevieria pun terus meroket. Sebut saja kirkii brown yang 2—3 bulan lalu hanya Rp100-ribu per daun, kini menjadi Rp250-ribu. Kirkii silver blue berukuran 20 cm yang semula Rp1-juta per daun naik 10 kali lipat Rp10-juta. Pada Januari 2008, bibit patens 4—5 daun ukuran 5 cm dibanderol Rp100-ribu per tanaman di tingkat pekebun. Spesies itu kini beredar dengan kisaran harga Rp175-ribu—Rp220-ribu di tingkat pekebun dan importir. ‘Itu karena permintaan meningkat, tapi stok lambat bertambah,’ kata Edi Sebayang, kolektor di Tangerang.
Menurut Drs Seta Gunawan, ketua paguyuban sansevieria di Yogyakarta, 3 pemicu tren sansevieria sejak 2 bulan terakhir adalah publikasi media, permintaan tinggi, dan pertambahan pemain. Willy Purnawanto SE dari Masyarakat Sansevieria Indonesia (MSI) di Yogyakarta menambahkan alasan lain. ‘Momentum tren yang sangat tepat. Saat tren di Indonesia, komunitas serupa di mancanegara sedang tumbuh,’ katanya. Menurut Willy, tren bersamaan itu membuat komunikasi antarpemain tak terbatas di wilayah domestik. Namun, mendunia mulai Thailand dan Filipina hingga ke Eropa dan Amerika Serikat. Tren mancanegara
Pendapat Willy itu disepakati Ruangwit di Thailand. Menurutnya tren sansevieria di negeri Gajah Putih itu baru berlangsung setahun. ‘Tren dipicu terbitnya buku sansevieria karya Pramote Rojruangsang tahun lalu,’ kata Ruangwit kepada 2 wartawan Trubus Andretha Helmina dan Nesia Artdiyasa. Ia berburu lidah mertua ke Eropa, Amerika, dan Filipina melalui dunia maya. Hasilnya vernwood, ehrenbergii, koko, kirkii, dan erythraeae. Menurut Bunlue Lodwan, presiden Thailand Sansevieria Club (TSC), ‘Sejak 6 bulan terakhir permintaan menggila,’ katanya. Bunlue yang sebelumnya meneruskan usaha sang ayah yang mengebunkan adenium banting setir ke sansevieria. Menurutnya lidah mertua itu diburu distributor dan kolektor dari Thailand, Jepang, dan Indonesia. Selama 6 bulan terakhir pria berusia 25 tahun itu meraup omzet hingga 300.000 bath setara Rp75-juta—Rp90-juta. Permintaan bertubi-tubi itu menyebabkan harga di Thailand pada Maret 2008 naik 50—100% ketimbang Januari 2008. Pemasok Bunlue dari Filipina dan Amerika pun menaikkan harga. Di negeri Arroyo dan Bush itu harga naik hingga 20—30% dibanding 2—3 bulan sebelumnya.
Di Thailand saat ini tercatat 120 nurseri sansevieria. ‘Sebelumnya mereka bermain adenium, aglaonema, puring, atau keladi. Kini mereka serius memperbanyak sansevieria,’ kata Pramote Rojruangsang.
Sebuah komunitas di dunia maya pun menggambarkan tren sansevieria. Sebanyak 600 anggota dari berbagai negara bergabung. Sebut saja Perancis, Jerman, Jepang, Vietnam, India, dan Indonesia. Pada pertengahan 2007 sempat beredar kabar komunitas itu mati suri. Namun, pada penghujung 2007 dan awal 2008, interaksi antarhobiis mancanegara itu bergairah kembali. Dari kontak personal itu laju ekspor-impor antarbenua kerap berlangsung dengan volume beragam. Pemain baru
Di tanahair juga bermunculan pemain baru. Di Yogyakarta, ada M Burhan, pemilik nurseri Bullion 99. Sejak 4 bulan silam pemilik perusahaan valas itu berburu lidah mertua di seputaran Kota Gudeg. Namun, sejak awal tahun ia mendatangkan 200 pot horwood, robusta, hallii, dan patens dari Filipina. Pada Februari setengah stok yang dimiliknya ludes diburu hobiis. Di Solo ada Boy Olifu Gea; di Wonosobo, Belly Rudianto; dan di Blora, Dedy Dwi P.
Di luar Jawa Tengah dan Yogyakarta pun banyak pemain tanaman hias yang melirik sansevieria. Contohnya Handry Chuhairy di Tangerang. Pemilik nurseri Hans Garden itu semula terkenal dengan adenium, pachypodium, dan aglaonemanya. Belakangan Trubus kerap memergoki manajer pasar swalayan itu berburu sansevieria dan berkompetisi di arena kontes. Di Palu, Sulawesi Tengah ada Yusmangun—kolektor aglaonema dan adenium—yang kepincut kecantikan lidah naga. Menurut Poppy, di Gorontalo, kini terdapat 3—4 nurseri yang mulai menjajakan sansevieria.
Gairah para pemain baru itu semakin terwadahi karena ajang kontes kian sering digelar. ‘Dulu kontes sering digelar, tapi peserta minim. Kini sebulan bisa 2 kali, dengan peserta membeludak,’ kata Sudjianto, juri kontes sansevieria asal Wonosobo, Jawa Tengah. Kontes yang digelar Trubus pada awal Maret 2008 tercatat 86 peserta; di Wonosobo, 110 peserta. Bandingkan dengan peserta kontes pada 2007 yang rata-rata hanya diikuti 30— 50 peserta. Risiko tinggi



















DAFTAR PUSTAKA
1. Bailey, LH. 1939. The Standard Cyclopedia of Horticulture, Vol. III – P-Z., The MacMillan Co., New York.
2. Brugemann, L. en O. Soerjadi 1948. Indisch Tuinbook, 2 Druk, Sprenghel, Amsterdam.
3. Budavary, S., Neil, MJO., Smith, A., Heckelman, PE. And Kinneary, JF. 1996. The Merck Index 12th Ed. Merck & Co. Inc. White House Station New Yersey.
4. Crockett, JU. 1972. Foliage Home Plants, ed. Time Life Books, Alexandria, Virginia USA.
5. Departemen Kesehatan R..I. 1997. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia, Vol. IV, Dep. Kes. R.I., Jakarta.
6. Graf, AB. 1992. Colour Cyclopedia of Exotic Plants and Trees, 4 th eds., Macmillan, New York.
7. Hartmann, HT. and Kesler, DE. 1968. Plant Propagation, Principles and Practices, Hall. Inc., Englewood Cliff New Yersey.
8. Hay, R. and Synge, PM. 1989. The Dictionary of Garden Plants in Colour With House and Green House Plants, The Roy Horticultural Society Press and Michael Joseph, Great Britain.
9. Juliati, ED. 2003. Hujan Emas di lapangan Sanseviera, Trubus 405 (XXXIV) 94-95.
10. Purseglove, JW. 1975. Tropical Crops Monocotyledons, 2nd eds., Longman, London
11. Sastradipradja, S. 1997. Tanaman Hias, Lembaga Biologi Nasional, LIPI, Bogor.
12. Suci, P.S. 1991. Sanseviera Si Lidah Mertua Yang Cantik, Trubus 256, Th. XXII: 116.
13. Yuliaty, F. dan Arifin NHS. 2003. The Effect of Water Volume and Watering Frequency on Growth and Visual Quality of Ornamental Plats and Terrariums, Kumpulan Abstrak Seminar Nasional X PERSADA, dalam rangka HUT Persada ke-10 dan Unsada ke-17, diselenggarakan di Jakarta 4 Juli 2003.
14. Weaver, RJ. 1972. Plants Growth Substances in Agriculture., W.H. Freeman & Co., San Fransisco.

PENGERTIAN HAMA

Dalam suatu agroekosistem, kelompok hama yang ada bisa dikategorikan atas hama utama, hama kadangkala (hama minor), hama potensil, hama migran dan bukan hama. Dengan mempelajari dan mengetahui status hama, dapat ditetapkan jenjang toleransi ekonomi untuk masing-masing kategori hama.
(Warlinson Girsang, 2009)
Anonymous, Girsang, Warlinson. 2009. PENGEMBANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU. Fak. Pertanian USI. Diakses tanggal 2 Mei 2010

Pada suatu ekosistem pertanian ada serangga yang setiap tahun merusak tanaman sehingga menimbulkan
kerugian yang cukup besar, ada serangga yang populasinya tidak begitu tinggi tetapi merugikan tanaman
pula bahkan ada serangga yang populasinya sangat rendah dan kerusakan yang diderita tanaman kurang
diperhitungkan.

Susniahti, Nenet, dkk. 2005. BAHAN AJAR ILMU HAMA TUMBUHAN. Universitas Padjajaran : Bandung



Morfologi Beberapa Ordo Serangga yang Penting
Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebuttympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah :
Kecoa ( Periplaneta sp.)
Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.)
Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.)
Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah :
Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.)
Kepik hijau ( Nezara viridula L)
Bapak pucung ( Dysdercus cingulatus F)
Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya)
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti :
Wereng coklat ( Nilaparvata lugens Stal.)
Kutu putih daun kelapa ( Aleurodicus destructor Mask.)
Kutu loncat lamtoro ( Heteropsylla sp.).
Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah , umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah :
Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L)
Kumbang janur kelapa ( Brontispa longissima Gestr)
Kumbang buas (predator) Coccinella sp.
Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama , namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar.
Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap , sedang larvanya memiliki tipe penggigit . Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna. Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe polipoda , memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain :
Penggerek batang padi kuning ( Tryporiza incertulas Wlk)
Kupu gajah ( Attacus atlas L)
Ulat grayak pada tembakau ( Spodoptera litura )
Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :
bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum
bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum
bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc .
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda _ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama , parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah :
lalat buah ( Dacus spp.)
lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F)
lalat rumah ( Musca domestica Linn.)
lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ).
Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)
Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut penggigitatau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.
Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman. Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah :
Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).
Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).
Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).
Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)
Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Metamorfose tidak sempurna(Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama , seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi.
Anonymous, //http.Blogspot.com. 2008. ARTI PENYAKIT TUMBUHAN BAGI MASYARAKAT. Diakses tanggal 2 mei 2010

Senin, 07 Maret 2011

MASALAH & SOLUSI STRATEGI DAS BRANTAS

1. Masalah DAS yang ditetapkan setelah kunjungan lapang
DAS Brantas bagian hulu mempunyai peran penting, terutama sebagai tempat penyedia air untuk dialirkan ke bagian hilirnya. Oleh karena itu bagian hulu DAS Brantas khususnya kawasan lindung (Perum Perhutani, TNBTS dan Tahura Suryo) seringkali mengalami konflik kepentingan dalam penggunaan lahan, terutama untuk kegiatan pertanian, pariwisata, pertambangan, serta permukiman. Mengingat DAS bagian hulu mempunyai keterbatasan kemampuan, maka setiap kesalahan pemanfaatan akan berdampak negatif pada bagian hilirnya.
Pada prinsipnya, DAS bagian hulu dapat dilakukan usaha konservasi dengan mencakup aspek-aspek yang berhubungan dengan suplai air. Secara ekologis, hal tersebut berkaitan dengan ekosistem tangkapan air (catchment ecosystem) yang merupakan rangkaian proses alami daur hidrologi.
Permasalahan pengelolaan DAS dapat dilakukan melalui suatu pengkajian komponen-komponen DAS dan penelusuran hubungan antar komponen yang saling berkaitan, sehingga tindakan pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan tidak hanya bersifat parsial dan sektoral, tetapi sudah terarah pada penyebab utama kerusakan dan akibat yang ditimbulkan, serta dilakukan secara terpadu. Salah satu persoalan pengelolaan DAS dalam konteks wilayah adalah letak hulu sungai yang biasanya berada pada suatu kabupaten tertentu dan melewati beberapa kabupaten serta daerah hilirnya berada di kabupaten lainnya. Oleh karena itu, daerah-daerah yang dilalui harus memandang DAS sebagai suatu sistem terintegrasi, serta menjadi tanggung jawab bersama.
2. Stakeholder yang terkena dampak dan berbagai dampak yang disebabkan
Instansi yang terkena dampak bukan hanya instansi yang tidak menggunakan air secara non komersial, namun juga termasuk yang menggunakannya secara komersial. Misalnya saja dari perusahaan jasa tirta, perusahaan air minum serta perusahaan-perusahaan lain yang juga mempunyai kepentingan dengan air sehat. Instansi / stakeholder yang berfungsi sebagai pengelola SDA atau penyedia air yang mempunyai nilai komersil baik untuk kebutuhan Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta Perusahaan Air Minum (PAM) maupun industri yang berskala besar adalah Perusahaan Jasa Tirta (PJT) yang penyalurannya berasal dari waduk. Sedangkan stakeholder yang berfungsi sebagai pengelola sumber mata air di kawasan hulu yang bersifat non komersil terutama untuk pemanfaatan perkebunan, irigasi persawahan, peternakan maupun rumah tangga adalah para pengelola kawasan. Pola pengelolaan sumber daya air menurut UU no 7 merupakan dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian kerusakan SDA. Sehingga pola ini perlu disusun secara terkoordinasi diantara instansi-instansi yang terkait berdasarkan azas kelestarian, keseimbangan fungsi sosial – ekonomi – lingkungan serta azas manfaat umum dan melibatkan peran masyarakat yang selanjutnya dituangkan dalam rencana penyusunan program pengelolaan sumberdaya air Ada 2 macam pemanfaatan air yaitu : pemanfaatan air komersial dan pemanfaatan air non komersial ( Nurfatriani, 2006 ).
Para pengelola kawasan lindung (Perum Perhutani, TNBTS dan Tahura Suryo) selayaknya menerima konpensasi dari para pemanfaat air dari hulu sampai ke hilir, karena selaku pengelola kawasan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan dan kualitas air. Berapa manfaat yang harus diterima oleh pengelola kawasan dapat diketahui dengan menghitung berapa potensi debit air yang dapat diproduksi dari masing-masing kawasan dengan nilai eksternal berupa nilai dampak terhadap lingkungan yang harus dikembalikan ke hulu. Berdasarkan hasil analisa dengan Citra Landsat pada masing-masing Sub DAS dan Sub-sub DAS menunjukkan bahwa sebagai pengelola kawasan dibagian hulu dari ketiga stakeholder terkait yang berpotensi dapat menghasilkan air antara lain Perum Perhutani (KPH Malang) dengan luas areal 5.274,72 ha , 2 975,94 ha untuk kawasan TNBTS dan 6 224,85 ha untuk kawasan Tahura Suryo. Sedangkan rata-rata potensi produksi air yang dapat dihasilkan selama 3 tahun pengamatan adalah 73,37 juta m3 untuk Perum perhutani, 41,48 juta m3 untuk TNBTS dan 83,88 juta m3 untuk Tahura Suryo (Kirsfianti 2006).
3. Program solusi yang dilakukan oleh stakeholder terkait
Kelembagaan yang efektif seharusnya mampu merefleksikan keterkaitan lingkungan biofisik dan sosial ekonomi dimana lembaga tersebut beroperasi. Apabila aktifitas pengelolaan di bagian hulu DAS akan menimbulkan dampak yang nyata pada lingkungan biofisik dan/atau sosial ekonomi di bagian hilir dari DAS yang sama, maka perlu adanya desentralisasi pengelolaan DAS yang melibatkan bagian hulu dan hilir sebagai satu kesatuan perencanaan dan pengelolaan.
PJT I Malang telah melakukan Program Pembayaran Jasa Lingkungan dalam upaya pengembangan hubungan hulu hilir bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Pedesaan. Pemanfaatan air non komersial di kawasan hulu DAS Brantas digunakan untuk pertanian yang berada di bawah pengelolaan Tahura Suryo. Pengusaha pertanian yang menggunakan sumber mata air melalui pipa-pipia paralon dan tendon-tandon antara lain : pengusaha bunga, pengusaha jamur dan pengusaha peternakan ayam. Penghijauan dan reboisasi yang dilakukan oleh para pengusaha disekitar kawasannya bekerjasama dengan instansi kehutanan dan LSM Lingkungan ESP USAID dalam rangka melestarikan kawasan disekitar sumber mata air. Sedangkan pemanfaatan air oleh masyarakat / petani dikawasan hulu DAS Brantas dibawah pengelolaan TNBTS terutama untuk petani sayuran dan kebutuhan untuk air minum dan MCK. Pemanfaatan lahan ini untuk pertanian tidak lepas dari konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pengelola kawasan, karena topografi lokasi sangat rentan akan erosi. Sehingga diperlukan kesepakan untuk kepentingan masing-masing dimana masyarakat membutuhkan sumber mata air dan pengelola perlu kelestarian lahan. Kesepakatan dilakukan melalui kegiatan penanaman jalur hijau ( green belt ). (Dinas Kehutanan Jatim, 2006)
Disamping itu LSM lingkungan dari ESP USAID yang ikut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan Daerah Aliran Sungai Brantas juga memberikan berbagai program alternative dalam mengelola dan melestarikan DAS Brantas. ESP memfasilitasi pendekatan partisipatif untuk perencanaan dan pengelolaan Daerah aliran sungai atas, yang mulai pada tingkat masyarakat untuk pengaruh lapangan langsung serta tingkat propinsi dan nasional untuk memastikan kebijakan yang memadai dan bantuan anggaran untuk mempertahankan dan memperluas pengaruh.
ESP membantu peran serta masyarakat dalam pengelolaan Daerah aliran sungai melalui fasilitasi Sekolah Lapangan. Pendekatan pendidikan dewasa ini menyatukan proses Penilaian Mata Pencaharian berkelanjutan di dalam kerangka kerja ekologi air, dan memungkinkan masyarakat untuk memperoleh kontrol yang lebih besar terhadap mata pencaharian mereka dan lingkungan di mana mereka tinggal.
Melalui sekolah lapangan lebih dari tiga bulan, peserta belajar bagaimana menerapkan keterampilan dalam rehabilitasi lahan, pelestarian keanekaragaman hayati, air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat, dan perubahan perilaku kesehatan dan kebersihan.
ESP memastikan pengaruh dan keberlanjutan pengelolaan daerah aliran sungai dan kerja pelestarian keanekaragaman hayati melalui pengembangan pembentukan Forum Manajemen Daerah aliran sungai dan Rencana Kerja. Digunakan untuk masalah-masalah khusus, ekologi, budaya dan hubungan kelembagaan masing-masing Daerah aliran sungai, Forum multi-pihak ini memandu pengembangan kebijakan dan pelaksanaan Rencana Kerja. Forum ini menetapkan target-target dan memastikan bantuan anggaran untuk merehabilitasi lahan, pelestarian keanekaragaman hayati dan pengembangan masyarakat.
Dimulai dengan proses perencanaan ruang, ESP bekerja dengan para mitra untuk mengidentifikasi dan memetakan lahan dan daerah krisis yang memiliki nilai pelestarian tinggi di daerah aliran sungai atas. ESP bekerja dengan masyarakat setempat melalui Sekolah Lapangan untuk mengembangkan pemeliharaan tanah, menanam benih dan kemudian penanaman benih-benih di lahan kritis milik sendiri atau di lahan kritis yang dikelola secara bersama-sama oleh masyarakat setempat dan badan-badan lain. ESP juga memberi bantuan teknis kepada Departemen Kehutanan, Perhutani dan berbagai inisiatif penghijauan kembali setempat untuk memastikan keterlibatan masyarakat setempat dan manfaat. Dengan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam Forum Pengelolaan Daerah aliran sungai, perhatian khusus diberikan kepada pembentukan pengaturan kepemilikan lahan secara jelas yang memberi masyarakat insentif untuk berperan serta secara aktif dalam rehabilitasi lahan. (ESP USAID, 2010)
4. Alasan tidak dilakukan sebelumnya
Kegiatan atau program yang dilakukan oleh instansi-instansi tersebut memang dirasa belum pernah dilakukan sebelumnya. Misalnya saja dari PJT I Malang yang telah melakukan Program Pembayaran Jasa Lingkungan dalam upaya pengembangan hubungan hulu hilir bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Pedesaan. Sebelumnya, tidak ada kesadaran dari perusahaan-perusahaan tersebut untuk peduli terhadap kelestarian DAS yang menyediakan sumber air bagi keberlangsungan proses produksi mereka.
Disamping itu, pendekatan yang dilakukan oleh LSM lingkungan, ESP USAID lebih cenderung diterima oleh masyarakat dibandingkan dengan pendekatan program yang selama ini telah dilakukan oleh pemerintah yang berisi peraturan-peraturan yang mengekang masyarakat. Pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan cara pendekatan secara cultural dan kreatif sesuai dengan keadaan social, budaya dan topografi masyarakat yang menjadi objek program. Dengan dilakukannya pendekatan secara cultural dan kreatif tersebut membuat program yang dilaksanakan menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Aplikasi program solusi
Diantara aplikasi program yang dilakukan oleh ESP USAID adalah usaha hutan rakyat yang dilakukan melalui unit-unit usaha. Satu unit usaha merupakan unit pengelolaan usaha hutan rakyat yang terdiri dari beberapa kelompok tani dengan luas lahan minimal 900 Ha. Usaha hutan rakyat dapat dikembangkan pada lahan milik atau lahan yang dibebani hak-hak lainnya di luar kawasan hutan yang memenuhi persyaratan untuk kegiatan hutan rakyat yang bertujuan disamping untuk rehabilitasi lahan juga menghasilkan kayu rakyat. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat berupa Pembuatan Hutan Rakyat / Kebun Rakyat, yaitu penanaman lahan kosong dan pekarangan di luar kawasan hutan oleh masyarakat dengan jenis tanaman keras, MPTS (Multi Purpose Trees Spesies), dan buah-buahan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh penutupan lahan yang optimal untuk mengendalikan lahan kritis, menghasilkan kayu bakar, kayu bangunan, untuk keperluan masyarakat lokal, konservasi tanah, memperbaiki iklim mikro dan tata air serta lingkungan. ESP juga melakukan kegiatan reboisasi. Reboisasi adalah upaya pembuatan tanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak berupa lahan kosong / terbuka, alang-alang, atau semak belukar dan hutan rawang untuk mengembalikan fungsi hutan. Disamping resboisasi, sabuk hijau juga menjadi salah satu program ESP USADI. Sabuk Hijau (Green Belt) adalah hutan yang tumbuh pada kawasan sekitar bendungan /waduk / danau pada daratan sepanjang tepian danau / bendungan / waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik bendungan / waduk / danau. Pada kawasan ini tidak diperbolehkan melakukan penebangan pohon dan melakukan pengolahan tanah.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa khususnya penduduk yang tinggal di daerah hulu, ESP USAID juga memberikan program Kebun Bibit Desa, Kebun Bibit Desa adalah unit persemaian yang tidak permanen yang dibuat untuk menyediakan bibit dalam pecan penghijauan di sekitar desa lokasi kegiatan. Kebun Bibit Desa ini dikelola oleh kelompok tani pelaksana penghijauan / pembangunan hutan / kebun rakyat. Untuk 1 (satu) unit Kebun Bibit Desa mempunyai luas 0,25 Ha. Hutan Kota juga menjadi salah satu program ESP, Hutan Kota adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan yang bertumbuhan pohon-pohonan yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh Pejabat yang berwenang.
6. Biaya yang dibutuhkan dan yang menanggung biaya
Dari sejumlah potensi produksi air dari masing-masing pengelola kawasan dapat dihitung berapa besar biaya yang seharusnya diterima sebagai kompensasi atas jasa air yang digunakan oleh para pemanfaat ( PDAM, PLN dan Industri ) dengan mengetahui tarif air / nilai lingkungan. Tarif ini dihitung dengan menggunakan analisa full costing dari seluruh komponen biaya yang dikeluarkan oleh pengelola sumberdaya air (PJT I). Hasil analisa biaya ini dapat diketahui jumlah nilai lingkungan dari para pemanfaat air yang mempunyai nilai pasar/ komersil yaitu sebesar Rp.183.830.000.000 (Nurfatriani, 2006). Selanjutnya untuk mengetahui berapa besar nilai lingkungan komersil ini didistribusikan kepada pengelola kawasan dihitung dengan mengalikan besarnya persentase proporsi potensi produksi air dari masing-masing pengelola dengan nilai lingkungan secara keseluruhan.
PJT I Malang telah melakukan Program Pembayaran Jasa Lingkungan dalam upaya pengembangan hubungan hulu hilir bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Pedesaan.yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama selama 6 bulan (Oktober 2004 s/d Maret 2005) di desa Tlekung Kota Batu seluas 17,5 ha dan desa Bendosari Kec Pujon seluas 8 ha dengan jumlah anggaran sebesar Rp 44 000 000. Tahap kedua selama 3 bulan (Maret s/d Mei 2005) di desa Bendosari dengan luas 16,5 ha dan biaya sebesar Rp 15 790 000. Semua biaya berasal dari PJT I yang diberikan kepada petani yang telah melakukan upaya konservasi sumberdaya air dan tanah didaerah hulu DAS Brantas yang merupakan daerah tangkapan air (catchments areas).
7. Strategi untuk mendapatkan dukungan masyarakat, buat strategi!
Menurut Asdak (1999), dalam keterkaitan biofisik wilayah hulu-hilir suatu DAS, perlu adanya beberapa hal yang menjadi perhatian, yaitu sebagai berikut :
1. Kelembagaan yang efektif seharusnya mampu merefleksikan keterkaitan lingkungan biofisik dan sosial ekonomi dimana lembaga tersebut beroperasi. Apabila aktifitas pengelolaan di bagian hulu DAS akan menimbulkan dampak yang nyata pada lingkungan biofisik dan/atau sosial ekonomi di bagian hilir dari DAS yang sama, maka perlu adanya desentralisasi pengelolaan DAS yang melibatkan bagian hulu dan hilir sebagai satu kesatuan perencanaan dan pengelolaan.
2. Eksternalities, adalah dampak (positif/negatif) suatu aktifitas/program dan atau kebijakan yang dialami/dirasakan di luar daerah dimana program/kebijakan dilaksanakan. Dampak tersebut seringkali tidak terinternalisir dalam perencanaan kegiatan. Dapat dikemukakan bahwa negative externalities dapat mengganggu tercapainya keberlanjutan pengelolaan DAS bagi : (a) masyarakat di luar wilayah kegiatan (spatial externalities), (b) masyarakat yang tinggal pada periode waktu tertentu setelah kegiatan berakhir (temporal externalities), dan (c) kepentingan berbagai sektor ekonomi yang berada di luar lokasi kegiatan (sectoral externalities).
3. Dalam kerangka konsep “externalities”, maka pengelolaan sumberdaya alam dapat dikatakan baik apabila keseluruhan biaya dan keuntungan yang timbul oleh adanya kegiatan pengelolaan tersebut dapat ditanggung secara proporsional oleh para actor (organisasi pemerintah, kelompok masyarakat atau perorangan) yang melaksanakan kegiatan pengelolaan sumberdaya alam (DAS) dan para aktor yang akan mendapatkan keuntungan dari adanya kegiatan tersebut. Pada penanganan DAS bagian hulu diarahkan pada kawasan budidaya (pertanian) karena secara potensial proses degradasi lebih banyak terjadi pada kawasan ini. Untuk itu agar proses terpeliharanya sumberdaya tanah (lahan) akan terjamin, maka setiap kawasan pertanian atau budidaya tersedia kelas-kelas kemampuan dan kelas kesesuaian lahan. Dengan tersedianya kelas kemampuan dan kelas kesesuaian ini, pemanfaatan lahan yang melebihi kemampuannya dan tidak sesuai jenis penggunaannya dapat dihindari.
Kelembagaan disini adalah LSM Lingkungan yaitu ESP USAID yang ikut menjembatani pemberian sarana dan prasarana dalam mendukung program yang dicanangkan kepada pemerintah dan pihak swasta yang terkait dalam menggunakan dan memanfaatkan sumber daya DAS Brantas. Dengan adanya ESP USAID, pendanaan untuk pembangunan dan pelestarian DAS Brantas dapat diproleh. Alasan penting mengapa ESP sangat berperan penting dalam siklus pengelolaan DAS terpadu adalah dikarenakan pendekatan yang dilakukan oleh LSM lingkungan ini cukup efektif, yaitu dengan menggunakan pendekatan cultural kepada masyarakat dan pendekatan kreatif kepada instansi dan pihak-pihak terkait. Sehingga, nantinya diharapkan semua instansi dari berbagai golongan dapat memberikan kontribusi yang nyata mulai dari Hulu sampai ke hilir bagi kelestarian dan kelangsungan DAS Brantas sebagai sumber kehidupan peradaban manusia seperti halnya sungai Nil.


DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1999. “DAS sebagai Satuan Monitoring dan Evaluasi Lingkungan: Air sebagai Indikator Sentral”, Seminar Sehari PERSAKI DAS sebagai Satuan Perencanaan Terpadu dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, 21 Desember 1999. Jakarta.
Dinas Kehutanan Jatim. Bahan Konsultasi Publik Draft Raperda Pengelolaan Jasa Lingkungan Sumberdaya Hutan. Kerjasama dengan MFP dan DFID, 2006
ESP USAID. 2010. PROGRAM JASA LINGKUNGAN “Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati”. Surabaya
Kirsfianti, 2006 Kajian Optimal Luas, Jenis dan Proporsi Vegetasi serta Posisi Hutan Lindung Terhadap Produksi Air di DAS
Nurfatriani F, dkk. 2006. Kajian Nilai Ekonomi Manfaat Hidrologis Hutan Lindung. Laporan Hasil Penelitian. Puslit Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Tidak Diterbitkan.