Sabtu, 29 Mei 2010

makalah pola pemupukan kacang tanah (TUGAS DBTQ)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 KLASIFIKASI

Taxonomi secara lengkap adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dikotiledon
Ordo : Polipetales
Famili : Leguminosae
Genus : Arachis
Species : Hypogaea

Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.), yang sudah tersebar luas dan ditanam di Indonesia ini sebetulnya bukanlah tanaman asli, melainkan tanaman yang berasal dari benua Amerika, tepatnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Pada waktu itu di daerah tersebut sudah terdapat lebih dari 6 – 17 spesies Arachis. Mula-mula kacang tanah ini dibawa dan disebarkan ke benua Eropa kemudian menyebar ke benua Asia. Kacang tanah termasuk ke dalam tanaman semusim (annual) yang mempunyai batang tidak berkayu, berbulu, dan bercabang-cabang dengan panjang 15 – 38 cm.
Sedangkan daunnya berupa daun majemuk berbentuk pinnatus dengan 4 anak daun berpasang-pasangan dengan letak alternate. Cabang-cabang reproduksi atau perbungaan, terbentuk satu-satu, baik di ketiak katafil maupun di ketiak daun biasa pada cabang vegetatif. Pada beberapa forma, perbungaan itu berada di buku yang lebih tinggi pada batang utama, dimana masing-masing perbungaan memiliki 2 – 5 kuntum bunga. Bunga kacang tanah berbentuk kupu-kupu berwarna kuning. Bunga ini timbul atau keluar dari ketiak-ketiak daun dan biasanya bunga pertama keluar setelah 4 – 6 minggu (kira-kira 50 hari setelah perkecambahan).
Polongnya berkembang dari gynophor, gynophor ini tumbuh ke arah tanah dengan membawa bakal buah di ujungnya, yang kemudian mengeras menjadi topi pelindung sementara gynophor itu menembus tanah. Panjang gynophor tergantung kepada jarak jarak awal bunga itu dari tanah, tetapi jika lebih dari 15 cm, gynophor biasanya gagal mencapai tanah dan ujungnya akan mati. Diameter dari
polong ini antara 10 mm – 20 mm, dengan jumlah biji per polong :
• tipe tegak : 2 biji per polong
• tipe menjalar : lebih dari 2 biji per polong
Kulit luar polong atau perikarp diantara 2 biji seringkali meminggang (constricted) yang besarnya bervariasi, mesokarpnya yang mengeras tertutup oleh urat jala. Warna biji ada yang merah dan ada pula yang berwarna merah muda dan terbungkus oleh testa yang tipis sekali. Biji tersusun atas 2 biji yang besar, satu epikotil beserta calon daun dan calon kuncup, satu hipokotil, dan akar tunggang. Kadar protein kacang tanah antara 25 – 30 %, dan kadar lemak antara 40 – 48 %. Karena kadar protein yang cukup tinggi itulah yang membuat kacang tanah sebagai salah satu sumber protein nabati yang cukup penting dalam pola menu makanan penduduk. Manfaat yang lain dari kacang tanah yaitu daun-daunnya bisa dijadikan sebagai pakan ternak dan merupakan tanaman cover-cropping yang baik, yang dapat menjaga kesuburan tanah dengan kemampuannya memfiksasi N.














BAB II
PEMBAHASAN
Dalam meningkatkan produksi kacang tanah juga dituntut untuk tetap menjaga lingkungan agar tidak rusak sehingga produksi bisa lestari (Subandiasa , 1997). Yang menghambat pengembangan kacang. tanah di Indonesia adalah belum ada program khusus seperti intensifikasi maupun ekstensifikasi yang di rekomendasikan, kemudian kacang tanah dianggap komoditi sekunder karena memerlukan biaya relatif tinggi (Harsono, 1995). Upaya untuk meningkatkan Kacang tanah dengan perluasan areal memanfaakan lahan kering yang belum dikelolah secara optimal, memanfaatkan limbah. pertanian sebagai pupuk untuk menekan biaya produksi serta pengelolaan tanaman secara baik

2.1 KEBUTUHAN AIR PADA KACANG TANAH
Kebutuhan air untuk pertumbuhan kacang tanah di lahan kering sangat bergantung pada curah hujan yang turun selama pertumbuhan. Untuk menjaga agar pasokan air tetap terjaga dan tidak kering, sebab kacang tanah termasuk tanaman yang berakar dangkal selalu menghendaki tanah yang lembab. Tetapi kandungan air dalam tanah yang terlalu jenuh pun tidak dikendaki karena akan menyebabkan akar busuk, sehingga lama kelamaan tanaman menjadi layu dan akhirnya mati. Untuk mengatasi hal ini perlu dibuat bedengan, yang berfungsi untuk melancarkan jalannya air, sehingga tanaman kacang tanah bisa terhindar dari genangan air.
Tanaman kacang tanah membutuhkan air lebih banyak sejak tanaman berumur 3 minggu. Air diperlukan untuk pembentukkan polong, pembentukkan bunga dan petumbuhan gynophora. Jika perlu pada musim kemarau kegiatan pengairan dapat dilakukan lebih sering antara 6 – 8 kali. Frekuensi pengairan ini sebaiknya disesuaikan dengan banyaknya curah hujan. Karena meskipun sudah menginjak musim kemarau ( bulan Mei / bulan Juni ), hampir satu sampai dua minggu masih juga terjadi hujan. Oleh karena itu keadaan drainase perlu diperhatikan. Dalam pemberian pengairan , waktu pengairan perlu juga untuk diperhatikan. Hendaknya dihindari pelaksanaan pengairan pada tengah hari, sebab pengairan tersebut berpengaruh tidak baik pada tanaman. Pengairan terhadap bedengan hendaknya dilakukan pada pagi hari ( sekitar jam 06.00 – 08.00 ) atau pada sore hari ( setelah jam 15.00).


2.2 PEMUPUKAN
Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih bersama benih tanaman kacang-kacangan dan pemberian pembenah tanah untuk memperbaiki sifat fisik tanah (Rosmarkan dan Yuwono, 2002).
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun) (Lingga, 2002).
Tanaman memerlukan sejumlah anasir hara dalam takaran cukup, seimbang dan sinambung untuk terus tumbuh dan berkembang, menyelesaikan daur hidupnya. Anasir hara tanaman ini diambil dari atmosfir dan system tanah. Paling sedikit ada 16 macam unsur hara yang diperlukan secara teratur untuk pertumbuhan vascular tanaman (Poerwowidodo, 1992).
A. KARAKTERISTIK PEMBERIAN PUPUK
Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat.
Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.
Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb : alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan
Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.



B. KEBUTUHAN HARA
Nitrogen (N)
Sebagian nitrogen tanah berada dalam bentuk N-Organik. Nitrogen organik (hasil fiksasi N-biologis, bahan tanaman dan kotoran hewan) yang dibenamkan dalam tanah merupakan N-organik yang tidak dapat diserap begitu saja oleh tanaman. Lebih lanjut dikatakan, jumlah N dalam tanah dapat bertambah akibat dari pemupukan N, fiksasi N-biologis, air hujan dan penambahan bahan organik, sedangkan N dapat berkurang karena pencucian, pemanenan, denitrifikasi dan volatilisasi (Hakim dkk, 1986).
Sumber utama nitrogen (N) adalah dari bahan organic dan pengikatan oleh mikroorganisme. Nitrogen umumnya diserap dalam bentuk NH4+ dan NO3-, tergantung dari jenis tanaman. Funsi nitrogen bagi tanamn adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein. Kekurangan unsure N menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan akar terbatas, daun-daun kuning dan gugur (Hardjowigeno, 2003).
Nitrogen sangat jarang ditemui menjadi komponen pelican oleh karena wataknya yang mudah larut air. Watak ini juga menjadikan endapan-endapan nitrogen yang cukup banyak hanya ditemui di daerah beriklim kering dan itupun terbtas secara setempat (Poerwidodo, 1992).
Nitrogen pada umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH4+ (ammonium) dan NO3- (nitrat), senyawa ini diserap melalui akar ke daun selama proses asimilasi yang kemudian ditransformasikan dalam bentuk asam amino dan protein (Indranada, 1994.
Kekahatan atau defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan akibatnya menyusutkan pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein menyebabkan kenaika nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan selulosa dan lignin. Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat nitrogen tampak kecil, kering, tidak sukulen, dan sudut terhadap batang sangat runcing (Poerwowidodo, 1992).
Fosfor (P)
Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan akan unsur ini, yaitu pupuk buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk hijau dan senyawa asli unsur ini yang organic da anorganik yang terdapat dalam tanah (Buckman and Brady, 1992).
Fosfor pada tanaman berfungsi dalam pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan dan pematangan buah, perkembangan akar, tahan terhadap penyakit dan lain-lain. Gejala kekurangan fosfor (P) dapat menyebabakan pertumbuhan tanaman kerdil karena pembelahan sel terganggu, daun-daun tidak sempurna serta mudah terserang penyakit. Kekurangan Pdalam tanah dapat disebakan oleh jumlah P yang sedikit, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diamabil oleh tanaman, dan terjadi pengikatan (fiksasai) oleh Al pada tanah masam atau oleh Ca pada tanah alkalis (Hakim, dkk., 1986).
Bentuk P yang lain yang dapat diserap oleh tanaman adalah firofosfat dan metafosfat. Kedua bentuk ini misalnya terdapat dalam bentuk P dan K metafosfat. Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organic, yaitu asam nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini terbentuk melalui proses degradasi dan dekomposisi bahan organik yang langsung diserap oleh tanaman (Anonim, 1991).
Ketersediaan fosfor dalam tanah ditentukan oleh banyak factor tetapi yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah yang ber pH rendah (masam), fosfor akan bereaksi dengan ion besi (Fe) dan aluminium (Al). reaksi ini akan membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada pH tanah yang tinggi (basa), fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini akan membentuk kalium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan demikian tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan fosfor tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).
Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil (Hardjowigeno, 1993)
Kalium (K)
Berdasarkan ketersediaannya dalam tanah, unsur K dapat digolongkan dalam (1) bentuk segera tersedia, (2) lambat tersedia, dan (3) relative tidak tersedia. Kalium tersedia dijumpai segabai kalium dalam larutan tanah dan kalium yang dapat dipertukarkan. Kalium dalam larutan tanah lebih muda diserap oleh tanaman dan juga peka terhadap pencucian. Kalium dalam bentuk yang lambat tersedia biasanya terdapat pada tanah-tanah mineral 2 : 1. Kalium yang berasal dari pupuk akan difiksasi diantara kisi-kisi mineral tersebut sehingga menjadi kurang tersedia bagi tanaman. Dalam kondisi demikian maka akan mengurangi kehilangan K melalui pencucian. Selanjutnya K yang terjerap itu lambat laun akan diubah menjadi bentuk tersedia dan ini merupakan cadangan kalium tanah. Bentuk kaliu yang relatif tidak tersedia sebagian besar berasal dari kalium tanah mineral yang umumnya masih berada dalam mineral tanah seperti feldspar dan mika (Hakim dkk, 1986).
Tanaman menyerap kalium dalam bentuk K+ (umumnya pada tanaman muda). Kalium dijumpai dalam tanah dengan jumlah yang sangat kecil. Berbeda dengan unsur lainnya kalium tidak dijumpai dala bahan atau bagian tanaman seperti protoplasma, lemak dan glukosa. Kemampuan tanah untuk menyediakan kalium dapat diketahui dari susunan mineral yang erdapat dalam tanah. Namun, umumnya mineral leusit dan biotit yang merupakan sumber langsung dalam kalium bagi tanaman (Soepardi, 1998).
Kalium sedikit peranannya dalam menyusun komponen tanaman. Berfungsi sebagai pengatur menkanisme fotositesis, translokasi, karbohidrat, sitesa protein dan lain-lain. Gejala kekurangan kalium akan menyebabkan pinggiran daun berwarna coklat yang dimulai dari daun tua, pada jagung ruasnya memendek dan tanaman tidak tinggi (Hardjowigeno, 2003).
Kapur (CaCO3)
Kapur banyak mengandung unsur Ca tetapi pemberian kapur ke dalam tanah umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu, tanah-tanah masam perlu dinaikkan pHnya agar unsur hara seperti P mudah diserap tanaman sehingga keracunan Al dapat dihindarkan (Hardjowigeno, 2003).
Selain pupuk, kapur (CaCO3) banyak digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah khususnya tanah-tanah yang berpH rendah (tanah masam). Guna pengapuran adalah untuk meikan pH tanh, menambah unsur Ca dan Mg, menambah ketersedian P dan Mo, mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al, memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan pembentukan bintil akar (Lingga dan Marsono, 2001).
Pemberian kapur di dalam tanah tidak hanya memperbaiki sifat kimia tanah, tetapi juga mempengaruhi sifat fisik dan biologi tanah adalah berupa naiknya kadar Ca dan pH tanah, sehingga reaksi tanah mengarah kea rah netral. Pengaruh langsung terhadap biologi tanah, yaitu dengan naiknya pH tanah dan tersedianya beberapa hara yang dibutuhkan biologi tanah menyebabkan jasad hidup ini lebih muda memperoleh energi da materi dalam jumlah yang banyak, sejala dengan itu populasi dan aktivitas mikroorganisme pun meningkat dengan penambahan kapur. Pengaruh kapur terhadap sifat fisik tanah salah satunya adalah pengaruh terhadap struktur tanah (Hakim, dkk, 1986
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Untuk meningkatkan produktivitas kacang tanah diperlukan adanya pemupukan. Diantaranya adalah penambahan unsur N, P, K dan CaCO3 yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhannya, namun untuk dosis dan takaran yang diperlukan haruslah sesuai karena apabila dosis yang diberikan tidak seimbang, semisal terlalu banyak maka akan menyebabkan mal fungsi pertumbuhan salah satu jaringan tanaman dan dapat menjadi penyakit non pathogen bagi tanaman tersebut.
3.2 SARAN
Pemupukan yang diberikan kepada tanaman kacang tanah lebih baik berupa pupuk organik karena dapat ternetralisir dan efisiensi serapannya lebih cepat dibandingkan dengan pupuk kimia, disamping itu juga ramah terhadap lingkungan sekitar.














DAFTAR PUSTAKA
Adianto. 1993. Biologi Pertanian, Pupuk Kandang, Pupuk Organik Nabati dan Insektisida. Penerbit Alumni, Bandung.
Adisarwanto, T. dan Rini Wulandari. 1999, Meningkatkan Hasil
Panen Kedelai di Lahan Sawah – Kering – Pasang Surut. Penebar Swadaya, Bogor.
Darung, U., SM. Mimbar, Syekhfani, 2001. Pengaruh waktu pemberian kapur dan pupuk kandang
terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah gambut pedalaman Kalimantan Tengah. Jurnal Biosains 1: 19-29.
Harsono. A, 1995. Budidaya kacang tanah lahan tegalan dan lahan kering, Balai penelitian
tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian, Maros.
Subadiasa. N.N,. 1997. Teknologi Efective Microorganisms (EM) : Potensi dan prospeknya di Indonesia. Seminar Nasional Pertanian Organik. Yayasan Budi Lestari, Jakarta.
Sukarman, A. Mulyani dan D Subardja, 2000. Evaluasi Ketersediaan Lahan untuk Perluasan Areal Pertanian di Propinsi Riau, Jambi, Sumsel, lampung,
Kalbar, Kalsel, Jabar, Jatim dan NTT No.05/Puslittanak/ 2000. Puslit Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Sutanto R., 2002a. Pertanian Organik : Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius Yogyakarta.
________ 2002b. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar